Masa depan pertanian di Indonesia makin terancam. Pasalnya, minat pemuda untuk menjadi petani kian berkurang. "Saat ini tidak ada pendidikan di sekolah yang mengajari remaja untuk bertani,"papar Sosiolog Pedesaan Belanda, Prof. Ben Bhite, Ph.D dalam kuliah umum ‘Rural, Youth and Future Farming’ di UGM, Jumat (20/1).
Guru Besar Emeritus dari Institutes of Social Studies, Den Haag yang sejak tahun 70-an sudah melakukan penelitian pedesaan di Indonesia ini mengatakan pertanian sekarang lebih banyak dikuasai oleh generasi tua.
Sementara itu, generasi muda sulit untuk mendapatkan lahan pertanian karena sekitar 80 persen lahan petani di Jawa sudah dijual. Tak hanya itu, pemuda pun harus menunggu 30-40 tahun lagi untuk menjadi petani karena menunggu pembagian tanah dari orangtuanya.
Akibat minimnya lahan pertanian, lanjutnya, pemuda yang berumur 15-24 tahun banyak menjadi pengangguran terbuka dan setengah pengangguran. Melihat kondisi tersebut, perlu ada kebijakan dari pemerintah untuk memikirkan problem ini. Paling tidak memberikan akses lahan bagi pemuda.
Ia berpendapat, kesempatan pengembangan pertanian skala kecil untuk pemuda sangat membantu untuk mengentaskan persoalan kemiskinan. Tapi juga harus diikuti dengan akses kepemilikan lahan yang diberikan oleh negara.
Di samping itu, pertanian skala kecil juga mendukung pelestarian bumi ketimbang pertanian dengan skala besar yang lebih banyak merusak hutan.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR