Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang Yao membuat sebuah suara khas yang mereka pelajari dari nenek moyang mereka. Suara itu, seperti dideskripsikan oleh Spottiswoode, berbunyi “brrrr-hm”.
Selama mengikuti tuntunan burung honeyguide, para pemburu madu itu terus mengeluarkan suara itu untuk membuat burung semakin bersemangat dalam menuntun jalan mereka dalam mencari sarang lebah. Suara itu sendiri tidak pernah digunakan oleh orang-orang Yao selain untuk mencari madu.
Burung honeyguide juga tiga kali lebih banyak membantu untuk menuntun jalan para pemburu madu ke sarang lebah ketika mendengar suara “brrrr-hm” secara berkelanjutan daripada ketika mendengar suara lain dalam proses eksperimen tersebut.
Baca Juga: Spesies Baru Burung Berrypecker Ditemukan di Kaimana, Papua Barat
“Eksperimen itu menunjukkan bahwa terdapat komunikasi antara manusia dan hewan yang hidup bebas. Hewan liar itu mengerti,” kata Spottiswoode.
Spottiswoode juga mengungkapkan bahwa burung jenis honeyguide kemungkinan besar lahir dengan kecenderungan untuk menuntun yang lain ke madu, tetapi mereka harus belajar menginterpretasikan sinyal-sinyal atau suara yang digunakan oleh orang-orang lokal.
“Studi baru ini merupakan sebuah verifikasi penting dalam kerjasama antara burung dengan manusia,” ujar Brian Wood, seorang antropolog di Yale University, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.
Baca Juga: Dua Juta Tahun Lalu, Manusia Makan Burung Raksasa Seberat 453 Kilogram
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR