Kanker payudara di Indonesia akan terus meningkat. Bahkan kasus kanker payudara ini diperkirakan menjadi kasus kanker terbanyak di Indonesia. Demikian dijelaskan oleh seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Samuel Johny Haryono, di Yogyakarta, Senin (12/3).
Ia mengatakan, insidensi kanker secara nasional belum dapat diidentifikasikan karena belum terdapat registrasi kanker yang mencakup secara nasional. Kendati begitu, data menunjukkan bahwa tahun 1994 dari 12 pusat registrasi kanker di Indonesia terdapat 23.310 orang penderita baru kanker. Di mana sebanyak 2.743 penderita adalah kanker payudara dan kanker leher rahim yakni 4.126 penderita.
Samuel menjelaskan proporsi kasus kanker payudara usia muda berkaitan dengan mutasi dua gen predisposisi, yakni BRCA1 dan BRCA2. Kontribusi mutasi kedua gena tersebut pada insidensi populasi kanker payudara usia muda berkisar antara lima hingga sepuluh persen pada populasi umum. Tetapi dapat meningkat jauh lebih tinggi pada populasi khusus yang memiliki mutasi dari nenek moyangnya, yaitu 20 persen pada populasi Yahudi Ashkenazi dan orang Islandia.
Ia melanjutkan kemungkinan terjadinya kanker payudara familial pada anggota keluarga yang belum terkena (proband) pada umur tertentu dapat dihitung. Dewasa ini telah banyak model perhitungan yang telah dibuat. Umumnya setiap model menggabungkan berbagai faktor risiko yang telah diketahui, misalnya usia, usia persalinan pertama, dan riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Ditambahkan Samuel, seperti halnya mutasi spesifik dan modifier genes, faktor lingkungan dan gaya hidup juga mempengaruhi risiko dan penetrans mutasi BRCA di atas. Usia merupakan faktor risiko yang penting pada pembawa mutasi BRCA. Risiko kumulatif seorang pembawa mutasi BRCA1 untuk terkena kanker adalah 65 persen, sedang pembawa mutasi BRCA2 45 persen.
“Walaupun risiko pembawa mutasi BRCA 1 lebih besar, risiko ini akan cenderung turun seiring bertambahnya usia,” ujar dokter RS Kanker Dharmais Jakarta itu.
Samuel pun merekomendasikan pengembangan suatu klinik kanker familial untuk penatalaksanaan komprehensif kanker familial, baik kanker payudara maupun kanker lain. Selain itu perlu dilakukan studi lebih lanjut gen predisposisi terwaris berdasarkan hasil linkage analysis di kromosom lain, serta SNP dan gen lain selain BRCA1 dan BRCA2.
“Ini merupakan penelitian dasar untuk kemajuan cancer genetics di Indonesia. Perintisan suatu wadah peneliti yang melibatkan multidisiplin ilmu perlu dilakukan,” kata Samuel.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR