Padang Literary Biennale merupakan kegiatan apresiasi sastra di Padang, Sumatra Barat, diadakan secara swadaya oleh himpunan pegiat sastra di Padang dan Jakarta. Digelar pada Sabtu (28/4) di Rumah Kreatif Kendangpadati, Jalan Tunggang, Pasaambacang Kuranji, sejumlah pagelaran di antaranya pembacaan dan musikalisasi puisi dilakukan oleh puluhan penyair muda.
Menurut Ketua Pelaksana Padang Literary Biennale, Esha Tegar Putra, acara ini bermula dari persoalan minimnya apresiasi terhadap kesusastraan di Sumbar. Apalagi kegiatan sejenis pembacaan puisi dari penyairnya sendiri.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya dari Universitas Andalas, Pramono mengatakan, penting untuk menumbuhkan budaya sadar terhadap khazanah budaya berupa tulisan. "Padang Literary Biennale baik sebagai bentuk penyadaran bagi publik bahwa banyak penyair pernah lahir dari Sumbar," ujarnya.
Beberapa tahun terakhir Sumbar memang banyak melahirkan sastrawan muda dengan karyanya yang produktif mewarnai berbagai media massa. Serta diundang pada berbagai forum sastra dan budaya di luar daerah.
"Di rumah sendiri minim apresiasi. Sekaligus acara ini sebuah kritik apresiatif buat lembaga kebudayaan pemerintah atau independen di Sumbar. Bahwa tanpa subsidi mereka pun apresiasi terhadap kesusastraan harus tetap jalan. Makanya, agenda ini dibuat di pelataran rumah kontrakan di Kendangpadati, tempat beberapa orang sastrawan muda berproses kreatif. Agenda ini pun akan melibatkan para masyarakat awam setempat," tutur Esha.
Terbukti, meski dilangsungkan di rumah yang relatif sederhana, Padang Literary Biennale 2011 mendapat perhatian warga masyarakat. Masyarakat umum yang awam pada karya sastra ikut larut menikmati karya demi karya sastra yang dibawakan para penyair.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR