Berbeda dengan Pro Evolution Soccer yang populer di tanah air, Konami merupakan penerbit PES yang memulai debutnya pada 1994. Perusahaan ini berbasis di Jepang dengan nama awal, International Superstar Soccer 64 (ISS 64). Ia telah beberapa kali mengubah nama, mulai dari International Superstar Soccer, Winning Eleven, Pro Evolution Soccer, hingga eFootball yang akan diresmikan tahun depan.
Perubahan dan pergantian identitas dari ISS 64 menjadi Winning Eleven terjadi setelah adanya perpindahan dari konsol Nintendo ke Playstation 1. Segala bentuk atribut dan grafis diperbaharui sedemikian rupa sehingga ISS telah berubah sepenuhnya menjadi Winning Eleven. Begitu juga dengan Perubahan ke Playstation 2 yang membuat Winning Eleven mengubah namanya menjadi Pro Evolution Soccer.
Bagi EA Sports yang merilis banyak game series, FIFA series adalah gim yang cukup konsisten dalam menjaga identitasnya. Mulai dari FIFA93 sampai dengan FIFA22 yang akan rilis Oktober 2021 mendatang.
Baca Juga: Dari Mana Olahraga Sepak Bola Berasal? Ini Penjelasan Peneliti
FIFA telah melalui perjalanan dan perkembangan zaman. Amerika Serikat adalah negara yang terlibat dalam perkembangan teknologi mutakhir setiap masanya. Negara ini menginginkan identitas gim FIFA harus konsisten agar terus dikenali oleh para penggemar setianya.
Andrei S. Markovits mengungkapkan dalam pemikirannya yang dimuat dalam Journal of Sport in Society pada 2016. Dia menjelaskan bahwa video game FIFA selalu menjadi game paling populer dan ditunggu-tunggu setiap tahunnya sejak pertama dirilis. Tajuk penelitiannya, FIFA, the video game: a major vehicle for soccer’s popularization in the United States.
"FIFA memungkinkan para penikmatnya berlama-lama di depan konsolnya dan selalu dinanti setiap tahunnya," tulis Markovits dalam jurnal itu.
Konsistensi dalam menjaga identitas dengan tanpa mendesain ulang dan menambah berbagai fitur yang lebih kontekstual dan kekinian mengikuti jiwa zamannya telah menjadi alasan kuat FIFA merajai industri video game dunia.
Baca Juga: Maulwi Saelan, Ajudan Bung Karno Sekaligus Kiper Timnas Indonesia
"FIFA memberikan simulasi yang membuat pemainnya dapat memainkan gim secara lebih riil dan kompleks, sehingga dapat merasakan menjadi bagian dari sepak bola profesional," demikian ungkap Garry Crawford dan Victoria K. Gosling dalam Journal of Psychology in Sports. Penelitiannya bertajuk Game Scenes: Theorizing Digital Game Audiences.
Sejak pertama kali di rilis, kelebihan EA Sports dalam kecanggihan teknologinya telah mendesain FIFA ke dalam konsol gim dengan grafis yang mengesankan. Grafisnya mengutamakan detail dan fitur yang lebih dekat dengan aslinya. Sebagai contoh, lisensi pemain melalui face scan & motion style, klub, stadion, bahkan negara-negara yang bertanding. Tampilan visualnya seakan-akan mengajak para pamain gim tengah bertualang dalam nuansa persepakbolaan profesional—seperti sungguhan.
Penambahan fitur demi fitur yang semakin realistis membuat FIFA semakin diminati dan meluas hingga ke tanah air. Berkat penjualan FIFA, EA Sports telah meraup keuntungan sebesar $21.820.000.000 atau setara dengan Rp313 triliun sejak dirilis pada 1993. Sebaliknya, sejak debutnya pada 1994, Konami telah meraup keuntungan sebesar $2.397.000.000 atau setara dengan Rp3,7 triliun!
Mari bersepak bola daring!
Baca Juga: Menonton Pertandingan Sepak Bola Bisa Menurunkan Risiko Demensia
Source | : | google scholar |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR