Koperasi Serba Usaha (KSU) Namblong Indah Mandiri dari Jayapura, Papua, berhasil melakukan perdagangan hasil hutan berupa coklat ke Jepang. Dalam tiga bulan, KSU ini bertansaksi sebanyak 11 ton coklat melalui Alter Trade Japan (ATJ).
Namblong Indah Mandiri beroperasi sejak Oktober 2011. Wilayahnya meliputi Jayapura bagian selatan, Distrik Kemtuk, Kemtukgresi, Nimboran, Namblong, dan Nimbokrang. Daerah-daerah tersebut lazim disebut Grimenawa, pusat produksi kakao (coklat) di Papua.
Jumlah ekspor ini sebenarnya bisa lebih ditingkatkan. Mengingat di Jayapura terdapat setidaknya 22 ribu hektare kebun kakao. Namun, pada saat ekspor ke Jepang, coklat di Jayapura diserang hama."Jika saja hama tertangani dan jangkauannya lebih luas, tentu ekspornya lebih besar," kata Ketua Koperasi Bernard Giay, dalam siaran pers Asosiasi Wirausaha Kehutanan Masyarakat Indonesia (AWKMI), Kamis (21/6).
Koperasi Namblong menampung biji kakao basah lalu menjualnya ke pasar. Mereka juga mendampingi anggotanya untuk mengakses pasar dan meningkatkan kualitas hasil kebun. Salah satunya dengan sertifikasi organik yang didapat anggota. Dengan begitu, para petani menerima insentif berupa harga yang lebih tinggi dari tengkulak.
Namun, Bernard dan teman-teman masih kesulitan mengolah coklatnya. Selama ini, ia hanya mengirim biji kering kemudian diolah oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Jember (Jawa Timur).
Menurut Diah Rahardjo, Direktur Program Multi Stakeholders Program (MFP), memang masih banyak kendala dalam mendorong wirausaha kehutanan seperti ini. Kendala itu antara lain berupa minimnya kesempatan akses modal, terbatasnya informasi kebutuhan pasar,rendahnya kemampuan pengelolaan usaha, dan kemampuan untuk menjaga mutu produk.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR