Luas hutan dan lahan gambut di Asia Tenggara diperkirakan tinggal 20 juta hektare. Indonesia memiliki lahan terluas, 15 juta hektare. Umumnya, regulasi konservasi cukup baik, tetapi implementasinya belum tepat. "Regulasi di Indonesia, hanya gambut yang memiliki kedalaman kurang dari tiga meter dapat dimanfaatkan sudah cukup baik," kata Senior Technical Advisor pada ASEAN Peatland Forest Project Faizal Parish pada lokakarya Enhancing Sustainibility for Forestry Practices in Peatland, Rabu (27/6), di Bogor.
Luas gambut di Asia Tenggara selebihnya di Malaysia 2,5 juta hektare, Brunei 100.000 hektare, Thailand 60.000 hektare, Vietnam 3.000 hektare, Filipina 11.000 hektare, Myanmar 3.500 hektare, dan Laos 20.000 hektare. Lokakarya selama dua hari di Bogor itu untuk merumuskan kegiatan apa yang bermanfaat dan diperbolehkan di gambut.
Kebijakan moratorium (jeda perizinan) pemanfaatan hutan primer dan gambut di Indonesia seluas 63 juta hektar yang memasuki tahun kedua, menurut Faizal, sangat menunjang konservasi. Hal itu terutama untuk hidrologi lahan gambut.
"Adapun implementasi yang tak tepat adalah yang terjadi di Rawa Tripa, Aceh," kata Faizal. Ia mengingatkan, ada kemungkinan saat ini masuk ke fase El Nino sehingga terjadi kemarau berkepanjangan tahun ini hingga 2013. Kebakaran sangat mungkin timbul akibat kesalahan pengelolaan gambut.
Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Lingkungan dan Perubahan Iklim Arief Yuwono mengatakan, gambut yang tersisa di Indonesia saat ini tak boleh dimanfaatkan. Pengusaha gambut untuk indutsri perkebunan yang sudah terlanjur, seperti untuk tanaman industri dan kelapa sawit diharapkan dikelola secara berkelanjutan.
Faizal yang berasal dari Malaysia mengatakan, di Malaysia tidak ada kebijakan pembatasan pemanfaatan gambut dengan kedalaman kurang dari tiga meter. Pemanfaatan dibolehkan pada tepian suatu ekosistem kubah gambut dengan penetapan zona penyangga minimal 500 meter untuk menjaga hidrologi gambut.
Deputi Bidang Jaringan Data Spesial pada Kementerian Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman mengatakan, identifikasi kubah gambut sangat diperlukan. Sekarang ini belum dimiliki data spasial gambut dengan pemetaan paling akurat 1:50.000. "Peta gambut secara spasial harus diselesaikan terlebih dahulu," kata Ruandha.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR