Festival Adat Erau "Pelas Benua Etam" 2012, festival budaya yang bersumber dari tradisi adiluhung Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, akan digelar 1-8 Juli mendatang.
Kutai dikenal merupakan peradaban kerajaan tertua Indonesia. Erau berasal dari kata dalam bahasa Kutai, 'eroh', yang artinya keramaian, hilir mudik, tumpah ruah, atau suasana riuh bergembira ria. Pelaksanannya setahun sekali selama tujuh hari tujuh malam. Satu dari tiga Erau yang dilakukan adalah Festival Erau Pelas Benua Etam, yang mengandung makna pembersihan diri.
Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari mengungkapkan, Festival Erau sudah berlangsung dari zaman kerajaan dulu, diperkirakan sejak abad ke-12. Diangkat kembali lewat prakarsa pemerintah setempat pada tahun 1970, tetapi sempat stagnan pada beberapa waktu.
"Kali ini, penyelenggaraan Festival Erau Pelas Benua Etam diperbarui, diperluas, disesuaikan dengan kekinian. Lewat festival tahunan, kami ingin tetap melestarikan warisan tradisi bagian dari kekayaan budaya bangsa," kata Rita saat pertemuan pers di Jakarta, Kamis (28/6).
Tidak semata festival adat dan seni budaya, festival ini pun dapat memberi dampak positif bagi segi pariwisata dan ekonomi kreatif. Menurut Sapta Nirwandar, Wamen Parekraf, wilayah Kutai sangat potensial untuk pariwisata. Kutai dapat dikembangkan atau dipasarkan menjadi destinasi wisata heritage. Namun juga dalam hal lingkungan alamnya yang indah dan kaya akan SDA, atau potensi sektor industri kreatifnya.
Rita senada mengakui hal ini. "Kami sekarang sedang berbenah secara serius untuk menjadi daerah tujuan wisata, supaya wisatawan yang domestik maupun mancanegara datang berwisata ke Kutai. pembangunan infrastruktur juga terus ditingkatkan, rencananya akan dibangun bandar udara langsung di sini," jelasnya.
Festival Erau bakal diisi dengan kegiatan berupa upacara dan ritual-ritual sakral sampai yang bersifat hiburan. Di antaranya kirab budaya, pagelaran seni (musik gambus, seni berdendang/tarsul, dan lain-lain), kuliner terapung, bermacam permainan tradisional, dan pula berseprah yaitu makan bersama-sama di jalan yang telah dikosongkan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR