Daya imajinasi anak bisa tak terjangkau daya nalar orang dewasa. Tapi di saat bersamaan, pemahaman mereka terhadap dunia sekitarnya juga mampu menghentak.
Kini, perkembangan teknologi yang makin maju mampu menampung imajinasi anak dalam berbagai wujud. Termasuk lewat video film pendek yang nantinya bisa dilihat oleh warga dunia.
Film pendek ini digelar dalam bentuk kompetisi dalam program Kid Witness News (KWN). Program ini sudah digelar sejak tahun 1989 oleh Panasonic Amerika Serikat. Khusus untuk tahun 2012, KWN mengambil tema "Uniknya Duniaku."
"Kami ingin mengedukasi dan meningkatkan kemampuan kreativitas anak bangsa melalui kompetisi KWN tahun ini," kata Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia Istiqlal Taufik dalam acara peluncuran program KWN 2012, dalam Bobo Fair di Jakarta Convention Center, Kamis (5/7).
Para murid usia 10-15 tahun di seluruh Indonesia diajak berkarya melalui film pendek berdurasi empat hingga lima menit mengenai hal yang menginspirasi dalam hidupnya. Seperti sineas profesional, anak-anak ini dibimbing oleh produser film sesungguhnya.
Adalah Daniel Ziv, produser film asal Kanada, yang dilibatkan untuk memberi perspektif kepada murid untuk membuat cerita dalam bentuk video. Namun sebelumnya, anak-anak ini harus lebih dulu melewati tahap saringan.
Diawali dengan pendaftaran story line mulai 5 Juli-29 Agustus 2012 ke www.kwn-id.com. Sepuluh story line terbaik akan menjalani workshop dua hari bersama Ziv dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Dalam workshop inilah mereka bisa mewujudkan ceritanya melalui film pendek berupa reportase/drama/dokumenter. Pemenang nasional akan berkompetisi di Singapura untuk tingkat regional. Selanjutnya, pemenang akan dikirim ke Jepang untuk tingkat internasional.
"Kami telah menjalankan program ini sejak 2004 dan hanya sekali Indonesia dapat menang ke skala internasional," ujar Taufik. Dengan pelatihan yang lebih intens, tambah Taufk, diharapkan tahun ini pemenang nasional dapat bersaing ke skala internasional.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR