Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah 15 tahun ini mengadakan program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Daerah (Iptekda). Dimulai sejak tahun 1998, program bertujuan memberdayakan ekonomi rakyat melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Sektor ini membutuhkan penerapan iptek agar produknya bisa bersaing di dalam dan luar negeri. Meski demikian, sepanjang 15 tahun perjalanannya masih ada beberapa kendala yang dialami dalam penerapan. Menurut Menteri Riset dan Teknologi Gusti M Hatta, infrastruktur iptek di Indonesia belum tertata baik. Institusi yang mengelola dan menerjemahkan pengembangan iptek juga belum optimal.
Tapi secara keseluruhan, program ini sudah mampu menerapkan teknologi yang tadinya hanya berbentuk laporan untuk diberdayakan di daerah. "Implementasi Iptekda LIPI perlu memanfaatkan potensi lokal dan memberikan masukan teknologi untuk membangun keunggulan kompetitif," ujar Kepala LIPI Lukman Hakim.
Contoh cerita sukses penerapan Iptekda adalah gudeg kaleng hasil pengembangan Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) LIPI Yogyakarta. Menurut salah satu peneliti Mukhamad Angwar, gudeg ini diproduksi demi alasan praktis, baik, dan aman.
Daya tahannya bisa sampai satu tahun tanpa mengurangi kualitas gudeg pada umumnya. "Meski dikalengkan, tidak mengurangi gizi, sifat fisik dan kimia isi makanan dipertahankan, tanpa bahan pengawet karena sudah sterilisasi," kata Angwar dalam Forum Komunikasi Nasional Iptekda LIPI di Jakarta, Senin (16/7).
Sayangnya hingga sekarang belum ada distribusi gudeg kaleng ini pada masyarakat luas. Pihak Angwar baru sekedar menjajaki kemungkinan penjualannya di pasar swalayan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR