Dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia diharapkan telah berswasembada gula baik gula untuk konsumsi langsung maupun gula rafinasi untuk keperluan industri.
Ini menjadi salah satu pokok pembicaraan yang diketengahkan dalam sebuah diskusi bertajuk "Komitmen Menuju Swasembada Gula Nasional" yang diadakan PT Makassar Tene Sugar Refinery, Selasa (7/8) di Jakarta.
Peneliti dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Aris Toharisman mengatakan, ketergantungan terhadap gula impor masih cukup besar yakni lebih dari 2,5 juta ton per tahun. "Sebab, angka produksi dan konsumsi (gula) menunjukkan kesenjangan tinggi," paparnya.
Ia menunjukkan data bahwa produksi gula rata-rata 2,26 juta ton per tahun. Sementara konsumsi sekitar 5,10 juta ton per tahun.
Menurut Aris lagi, dalam upaya menuju swasembada gula nasional, ada dua langkah yang harus dilakukan. Pertama, penerapan intensifikasi dari seluruh pabrik gula yang telah ada guna meningkatkan produktivitas. Kedua, ekstensifikasi dengan pembangunan 10-15 pabrik gula baru.
"Bila anggapannya, mendirikan sebuah pabrik gula baru butuh waktu dua tahun, kini di 2012 belum terlihat ada satu pun pabrik gula yang dibangun oleh pemerintah. Padahal tren kinerja dan produktivitas 62 pabrik gula yang ada pun menurun," lanjutnya.
"Untuk itu pemerintah perlu mendukung dari segi kebijakan harga, untuk membantu petani tebu bisa meningkatkan produktivitas," ujar Aris menambahkan. Sedangkan masalah ekstensifikasi, umumnya terbentur dengan soal-soal administratif seperti penyediaan lahan.
Sebaran pabrik gula di Indonesia juga tidak merata, yang terbanyak hanya di daerah tertentu seperti Jawa Timur, Lampung, dan Gorontalo, yang menyebabkan daerah-daerah itu surplus gula. Namun, belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi gula nasional.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR