Peneliti Indonesia dari Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Surono, mengusulkan konsep jimpitan untuk meningkatkan kerjasama negara-negara ASEAN. Jimpitan merupakan salah satu budaya Jawa yang memiliki filosofi meningkatkan kegotongroyongan.
Dalam rilis tertulisnya, Kamis (9/8), mengatakan bahwa konsep jimpitan ini diusulkan dalam forum internasional ASEAN yang diadakan di Chiang Mai, Thailand, pada 26-27 Juli 2012 lalu. Dalam forum yang bertajuk Towards an ASEAN Economic Community (AEC): Prospects, Challenges and Paradoxes in Development, Governance and Human Security, Surono meyakinkan kepada peserta bahwa konsep jimpitan ini sangat prospektif untuk meningkatkan kesejahteraan negara ASEAN.
Dalam makalah berjudul Build The Economic Integration with Jimpitan Model In Javanese Society, Surono menawarkan model jimpitan sebagai salah satu sarana membangun integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Dalam masyarakat Jawa, model jimpitan adalah cara penggalangan dana dari seluruh masyarakat desa untuk keperluan bersama. Jimpitan bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya memasang kotak kecil di pintu rumah, di mana setiap kepala keluarga wajib mengisinya dengan uang atau memberikan beras yang nantinya semua sumbangan warga diambil oleh petugas secara rutin.
“Konsep dan model jimpitan sangat tepat diterapkan di negara-negara ASEAN sebab negara-negara memiliki latar belakang sosio-kultural yang tidak jauh berbeda satu dengan lainnya,” papar Surono.
Surono mengatakan ada tiga nilai utama dalam jimpitan, yaitu kebersamaan (gotong royong), sukarela, dan bergilir. Model jimpitan juga bisa meminimalisir ketergantungan negara-negara ASEAN terhadap hutang kepada negara donor, bahkan menghilangkan utang kepada negara tersebut. Dengan demikian, akan tercipta integrasi ekonomi pada negara-negara ASEAN yang akan memperpendek jurang kesejahteraan antara negara yang satu dengan lainnya.
Menurut Surono konsep budaya Jawa ini mendapat sambutan yang baik dari peserta. Bahkan banyak negara yang tertarik untuk mengembangkan konsep tersebut.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat dari Desa Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Parmono mengatakan, konsep jimpitan adalah salah satu budaya Jawa yang memiliki nilai filosofi yang baik. Dengan menerapkan konsep jimpitan maka akan timbul rasa kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu, ikhlas, serta sularela.
“Kalau di daerah ini konsep jimpitan biasanya dilakukan dengan memberikan iuran rutin tiap bulan yang dimasukkan dalam kotak jimpitan. Iuran warga ini lantas digunakan untuk keperluan desa seperti hajatan desa, rapat desa, dan sebagainya,” ungkapnya.
Parmono pun menambahkan, budaya jimpitan ini sangat efektif dilakukan di kalangan masyarakat. Kendati demikian, perlu ada komitmen bersama dari masyarakat untuk bisa menjunjung asas-asas dalam jimpitan.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR