Pengeloaan sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia selama ini belum meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Padahal Nusantara merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, mewadahi beragam keanekaragaman hayati.
Namun, prinsip penggunaan sumber daya laut harus atas dasar kehati-hatian maupun berkelanjutan. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba dalam seminar internasional "Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia Menuju Industrialisasi Keluatan dan Perikanan Berkelanjutan" di Ternate, Rabu (12/9).
Keberlanjutan lingkungan bisa dilakukan dengan prinsip blue economy. Penerapannya diharapkan dapat mendorong perekonomian lebih imbang antara pemanfaatan sumber daya dengan melindungi lingkungan.
Maluku Utara mengklaim sudah menerapkan prinsip blue economy ini. Pengenalannya akan lebih bergema saat Sail Morotai 2012 digelar di Pulau Morotai, salah satu dari 805 pulau di gugusan Maluku Utara, pada 11-15 September.
"Sail Morotai diharapkan bisa berdampak multi player. Berbagai segi daerah dapat termanfaatkan," kata Abdul Gani.
Menurut Sekertaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gellwynn Jusuf, upaya mencapai pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan tanpa mengorbankan lingkungan. "Kita dituntut lebih baik dalam melestarikan perikanan berkelanjutan," ujarnya.
Menuju Sail Morotai 2012
Selain pengenalan prinsip berkelanjutan, Sail Morotai membawa berkah bagi warga Maluku Utara. Salah satunya di Ternate. Pulau rempah ini kelimpahan pembangunan infrastruktur karena jadi lokasi singgah sebelum ke Morotai.
Selasa (11/9) kemarin, warga Ternate berkesempatan melihat lima kapal perang yang singgah di Pelabuhan Achmad Yani. Dikatakan Tito Setiawan, Kabag Humas dan Dokumentasi Kementerian koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, akan ada 16 kapal angkatan laut dalam dan luar negeri yang meramaikan Sail Morotai tahun ini.
Dua kapal perang RI, KRI DR. Soeharso dan KRI Surabaya, lebih dulu bersandar di Ternate. KRI Soeharso memberi pelayanan gratis pada warga Ternate. Sedangkan KRI Surabaya yang membawa ratusan anak muda dari berbagai negara dalam program Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari, mengirimkan muatannya untuk bermalam di rumah penduduk.
"Mereka diharapkan bisa menjalin interaksi dengan warga sekitar," ujar Tito.
Sebelum perhelatan Sail Morotai, rasanya sulit bagi warga Ternate melihat penyatuan berbagai etnis dari berbagai negara di wilayah mereka. Berkat Sail Morotai pula, pembangunan di wilayah mereka pesat. "Kalau tidak ada Sail Morotai, ya pulau ini begini-begini saja-lah," kata Pri, warga lokal.
Megathrust Bisa Meledak Kapan Saja, Tas Ini Bisa Jadi Penentu Hidup dan Mati Anda
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR