Gnaeus Pompeius Magnus atau lebih dikenal Pompey menghembuskan nafas yang terakhir persis pada hari ini, Jumat (28/9). Pompey, jenderal Roma dan juga politisi ternama, tewas setelah ditusuk di Mesir atas suruhan Raja Ptolemy XIII.
Selama hidupnya, Pompey dikenal sebagai politikus dan jenderal andal. Ia memperjuangkan panji kekaisaran Romawi di Afrika dan Spanyol. Memadamkan pergolakan budak Sparta, membersihkan jalur Mediterania dari bajak laut, serta menaklukkan Armenia, Suriah, dan Palestina.
Kejayaan ini membuatnya bergabung dalam trio elit yang kemudian disebut sebagai Triumvirate Pertama pada tahun 60 SM. Selain Pompey, anggotanya terdiri dari Julius Caesar dan Marcus Licinius Crassus.
Namun, ego ketiga anggota di dalamnya memunculkan rasa iri satu sama lain. Crassus tidak suka pada Pompey karena dianggap mengambil semua pujian atas pemadaman pemberontakan di Sparta. Persaingan Crassus dan Pompey dimediasi oleh Caesar --yang merupakan mertua dari Pompey.
Namun, saat Julia, anak Caesar dan istri Pompey meninggal dunia, ikatan kedekatan pun lepas. Caesar dan Pompey berakhir saling memerangi satu sama lain. Sedangkan Crassus tewas lebih dulu dalam aksi militer di Parthia. Triumvirate Pertama akhirnya runtuh pada tahun 53 SM.
Pada Januari 49 SM, Caesar memimpin pasukannya melewati Sungai Rubicon dari Cisalpine Gaul menuju Italia. Tindakan ini memicu perang di antara Caesar dan Pompey. Caesar, unggul dalam taktik dan pengalaman, menang lebih dulu di Italia dan Spanyol.
Pada Agustus 48 SM, Caesar semakin di atas angin. Ia berhasil mengambil alih kekuatan senator dari tangan Pompey yang kabur ke Mesir. Pompey berharap, Raja Ptolemy XIII bisa membantunya. Namun, yang tidak diketahui Pompey adalah raja muda itu takut akan kuasa Caesar.
Pada 28 September, Pompey dibujuk meninggalkan kapal miliknya untuk menghadiri pesta penyambutan di Pelusium. Belum sampai kaki sang jenderal ke tanah Mesir, ia ditusuk oleh pengikutnya yang berkhianat.
Kepala Pompey kemudian dimutilasi dan diserahkan pada Caesar. Di luar dugaan para anak buahnya, Caesar marah. Menurut laporan dari salah satu pengikut, Plutarch, Caesar merasa para pengkhianat itu tak menghormati tubuh mantan rekan dan menantunya itu. Sebagai hukuman, tim eksekutor Pompey dijatuhi hukuman mati.
Tubuh tanpa kepala Pompey kemudian dikremasi dan dikembalikan ke rumahnya di desa di dekat Alba.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR