Hutan di Jambi dan Sumatra Selatan memang tengah digerogoti kebakaran hutan. Lebih tepatnya pembakaran hutan karena sebagian besar kawasan hutan memang sengaja dibakar untuk pembukaan lahan.
Ribuan hektar hutan di Provinsi Jambi menyusut tiap tahunnya. Dan warga kota Jambi tak akan lagi membanggakan dua huruf BH di plat mobil mereka yang disebut-sebut selama ini berarti “Banyak Hutan”.
Kebakaran ini tidak hanya berdampak lingkungan. Tapi juga berimbas pada waktu, perjalanan, dan biaya dari dan ke Jambi - Sumatra Selatan. Ribuan liter avtur terbuang percuma untuk penerbangan yang sia-sia untuk perjalanan penerbangan ke dua wilayah tertera. Sering kali penerbangan dibatalkan. Atau lebih menyulitkan lagi jika sudah terbang di atas langit Jambi dan Sumatra Selatan, namun gagal mendarat.
Mengapa hutan dibiarkan terbakar atau dibakar tanpa ada upaya berarti untuk pemadaman. Tetapi, benarkah tak ada seorang pun yang melakukan upaya mengatasi kebakaran hutan di Jambi dan Sumatra Selatan?
Nun jauh di pelosok hutan, Pak Seto tengah berperang melawan kebakaran hutan di kawasan Hutan Harapan yang terletak di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Rekan-rekannya dari Manggala Agni, satuan pemadam kebakaran Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, serta petugas Hutan Harapan dari satuan perlindungan hutan bahu-membahu memadamkan api yang tengah berkobar.
Mereka berusaha mengatasi kebakaran di Hutan Harapan dengan peralatan seadanya. Hutan Harapan merupakan kawasan restorasi ekosistem di areal hutan produksi yang terletak di perbatasan Jambi dan Sumatra Selatan. Hutan Harapan dikelola oleh Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) untuk kepentingan pemulihan hutan dan pengelolaan hutan secara lestari. Kawasan restorasi ekosistem pertama di Indonesia dengan luas 98 ribu hektar ini merupakan salah satu hutan restorasi yang terluas di dunia.
Beberapa bulan belakangan, Hutan Harapan tengah menghadapi bahaya kebakaran hutan yang kembali muncul akibat aktifitas perambahan hutan. Menurut Kepala Hubungan Masyarakat Hutan Harapan, Surya Kusuma, “Dalam bulan Agustus dan September 2012 saja terdapat 62 titik api (hot spot).”
Keseluruhan areal Hutan Harapan yang terbakar saat ini seluas 135 hektar. Menurut Surya, semua lokasi api berada daerah perambahan. Saat ini sebagian besar staf patroli Perlindungan Hutan dari Unit Manajemen Hutan Harapan dikerahkan untuk membantu satuan pemadam kebakaran Dinas Kehutanan Provinsi Jambi.
Manggala Agni memang tidak memiliki unit mobil pemadam kebakaran maupun helikopter dengan tendon air untuk memadamkan api. Atau alat berat untuk menggali parit sekat api. Baju tahan api yang menjadi seragam kebanggaan satuan pemadam kebakaran pun mereka tak punya. Yang mereka punya hanyalah gepyok, garukan tanah, parang, kapak, penyemprot keep, tedmon, selang, dan semangat pantang menyerah.
Tak beda dengan unit pemadam kebakaran lainnya, moto mereka adalah pantang pulang sebelum padam. Hanya saja mereka memang tak mungkin pulang sebelum sumber api padam. Karena membiarkan api berkobar berarti ancaman bagi seluruh kawasan hutan, termasuk pos patroli dan kamp tempat mereka bekerja.
Sejauh ini, para pelaku pembakaran hutan di lokasi Hutan Harapan belum ada yang ditangkap dan diproses secara hukum. Pak Seto dan Surya berharap dapat segera mengatasi kebakaran hutan di Hutan Harapan dan aparat Polisi Kehutanan dapat menangkap dan menindak pelaku pembakaran dan perambahan secara tegas.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR