Sekelompok ilmuwan asal Argentina, Cili, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Inggris, dan Swiss melakukan studi terkait dampak yang dihasilkan oleh perubahan sirkulasi atmosfer. Secara spesifik, tim peneliti yang diketuai oleh Brian Luckman, peneliti asal Western University tersebut mengamati pola pertumbuhan pepohonan di kawasan belahan bumi selatan.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience ini menggunakan data lebih dari tiga ribu pohon di kawasan Cili, Argentina, Tasmania, dan Selandia Baru. Hasilnya, berdasarkan pola cincin pohon, diketahui ada pola pertumbuhan yang tidak lazim, terjadi pada pohon-pohon tersebut. Selama 50 tahun terakhir, ada penurunan pertumbuhan pada pepohonan di kawasan Patagonia, Cili. Namun, di Tasmania dan Selandia Baru, justru meningkat.
Menurut Luckman, penyebab utama perubahan ini adalah transformasi skala global terkait perubahan temperatur dan pola hujan yang diakibatkan oleh perubahan sirkulasi atmosfer. Fenomena ini sendiri dikenal juga dengan nama Southern Annular Mode (SAM) atau Antarctic Oscillation (AAO).
“Intinya, perubahan perbedaan tekanan yang terjadi di kawasan tropik dan kutub telah menyebabkan pergeseran zona subtropik ke kawasan selatan dan sabuk angin barat (sabuk badai musim dingin yang membawa curah hujan) ke Amerika Selatan,” kata Luckman.
“Perubahan ini, yang juga berkaitan dengan pertumbuhan lubang ozon di kawasan Antartika, menghasilkan kondisi yang lebih kering di kawasan utara Patagonia dan temperatur yang lebih hangat di Tasmania dan Selandia Baru,” ucapnya.
Simulasi SAM sepanjang 600 tahun dari data cincin pohon menunjukkan bahwa pola anomali ini belum pernah terjadi sebelumnya. Namun demikian, Luckman menyebutkan, yang jadi pertanyaan besar di kalangan peneliti saat ini adalah, apakah pola ini akan terus berubah dengan berkurangnya lubang ozon.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR