Pemuda adalah generasi pewaris kehidupan di muka Bumi. Pemuda pula yang akan paling merasakan dampak dari perubahan iklim. Demikian disampaikan Rachmat Witoelar, Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), dalam jumpa pers "Youth for Climate Camp 2012" di Jakarta, Jumat (9/11).
Dengan demikian, pemuda menjadi agen yang tepat untuk gerakan kesadaran perubahan iklim. Sifat kritis, tanpa dibebani kepentingan apa pun, membuat kaum muda tidak segan menyuarakan keprihatinan atas perubahan iklim yang terjadi.
Untuk membina mereka, Youth for Climate Camp 2012 digelar mulai 9 hingga 11 November di Sawangan Golf, Depok, Jawa Barat. 221 pemuda dari 13 provinsi akan hadir menjadi peserta perkemahan dengan tema "Mewarisi Semangat Kepahlawanan di Tengah Iklim yang Berubah" itu.
"Perkemahan ini memberi kesempatan dan semangat kepada generasi pewaris untuk memiliki pemahaman yang benar tentang perubahan iklim, bertanggung jawab pada dampak, dan mengambil bagian dalam solusi," kata Rachmat.
Seluruh peserta berasal dari usia kuliah dan disaring Pemerintah Daerah setempat. Sebelumnya mereka diseleksi dengan memberi CV singkat mengenai kegiatan menjaga lingkungan yang sudah dilakukan. Termasuk mengenai alasan dan kapan kegiatan tersebut dilaksanakan.
Dari 400 pelamar, terpilih 221 pemuda yang berasal dari Aceh, Bali, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sumatra Barat. "Secara institusional, kami yakin mereka akan mampu melakukan perubahan," ujar Dorothy Manalo, Kepala Unit Edukasi Divisi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi DNPI.
Pemuda yang dianggap serius dan komit terhadap gerakan mengatasi perubahan iklim, kemungkinan akan dikirim menjadi delegasi Indonesia di forum internasional. "Kita lihat komitmen mereka, jika memang menjanjikan, akan ikut serta dalam COP 18 (Conference of the Parties -konferensi PBB untuk perubahan iklim)," tambah Dorothy.
Dikatakan Alexander Ragil Caesar, Ketua Panitia Youth for Climate Camp 2012 dan juga peserta tahun lalu, acara ini sukses untuk mengomunikasikan keberagaman mahasiswa di Indonesia. Terutama untuk menyebarkan pesan perubahan iklim dan mengubah pola pikir untuk memperjuangkan rencana dan aksi.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR