Tour de Bintan (TDB) 2012 yang diadakan untuk keempat kalinya sejak tahun 2009, telah dibuka di Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu (10/11).
Tour de Bintan diikuti oleh 873 pebalap profesional dari 32 negara. Event ini menggabungkan konsep olah raga dan pariwisata sebagai upaya mempromosikan destinasi pariwisata Pulau Bintan. Sembari bersepeda selama dua hari, para pebalap akan melintasi desa nelayan tradisional, hutan, dan pantai yang indah.
"Pulau Bintan dekat dengan pintu masuk wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia, yaitu Batam. Destinasi ini, dengan fasilitas yang memadai dan event taraf internasional, diharap akan meningkatkan kualitas wisatawan yang berkunjung, karena mereka tak hanya hadir pada saat event tanggal 10-11 November tapi mereka juga datang berkali-kali untuk latihan," komentar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu saat melepas pebalap TDB 2012.
Perlombaan TDB kali ini akan berlangsung selama dua hari penuh dengan menghadirkan atraksi dan daya tarik baru, baik bagi para peserta maupun bagi para penonton. Ada prologue (balapan pembuka) sepanjang 12 kilometer yang berlangsung sebelum tahapan atau stage pertama dimulai.
Selain itu, dibuat juga kategori Grand Fondo “Tropicale” untuk pebalap pemula, sebagai hiburan dan rekreasional dengan mengelilingi Pulau Bintan untuk menyaksikan langsung keindahan alamnya.
Pesona alam Bintan berupa laut, pantai, dan gunung yang berpanorama indah, bisa dinikmati sekaligus oleh para peserta dan penonton. Pemandangan di kotanya menampilkan perpaduan unik peninggalan budaya Melayu, Tionghoa, Portugis, dan Bugis.
Pada tahun 2011 kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 7.649.731 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 1,65 juta orang atau 22 persen masuk ke Indonesia melalui Kepulauan Riau dengan urutan lima pasar utama, yakni Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Eropa, dan India. Di 2012 ditargetkan jumlah wisman ke Indonesia adalah delapan juta orang.
"Dengan ke Bintan diharapkan wisatawan jadi tertarik pula mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya yang menawarkan keunikan tersendiri," imbuh Menparekraf.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR