Lingkungan daerah aliran sungai (DAS) dari hulu ke hilir Ciliwung yang kian rusak parah mengakibatkan adanya bencana banjir yang melanda kembali Sungai Ciliwung dan Pesanggrahan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (25/11).
Menurut Maulani Djajadilaga, Kedeputian Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Kementerian Lingkungan Hidup, sejak 2004 pola curah hujan di DAS Ciliwung sebenarnya tak meningkat. Namun debit air pada saat musim hujan meningkat. "Ini menunjukkan daya tangkap air hujan di hulu telah menurun," ujarnya.
Kerusakan tersebut paling nyata adalah penyempitan sungai. Kali Pesanggrahan beberapa puluh tahun lebarnya hingga 30 meter. Kini lebar sungai tinggal sekitar sepuluh meter.
Untuk menekan banjir di hulu, daya tampung Ciliwung perlu ditingkatkan dengan cara merestorasi situ, membuat sumur resapan, dan membangun embung. Berdasarkan kajian tahun lalu, pencemaran sungai akibat limbah cair dari hulu yang sekitar 80 persen merupakan limbah domestik.
Kondisi cuaca sendiri diprediksi belum berubah. Pantauan BMKG menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Jawa dan Laut Jawa menjadi daerah aktif pembentukan awan yang berpotensi mendatangkan hujan lebat sepekan mendatang. Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo mengatakan, wilayah itu menjadi daerah konvergensi (pertemuan) angin dari utara dan selatan. Ada pula daerah pusaran angin tertutup di Selat Karimata yang memengaruhi peningkatan pertumbuhan awan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR