Sederetan potensi bencana alam sepanjang 2013 mendatang sudah menanti. Sementara masyarakat dan pemerintah cenderung abai terhadap risiko bencana tersebut.
Berdasarkan hasil kajian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sampai di tahun 2012, tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana di 33 kabupaten/kota di Indonesia, masih tergolong rendah.
Begitu pula indeks kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan dini, dan mobilisasi sumber daya dalam menghadapi bencana dianggap masih rendah.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, walau frekuensi dan dampak bencana tahun 2012 menurun, itu lebih karena faktor alam yakni cuaca, iklim, dan geologi. Bukan karena perbaikan sistem tanggap bencana.
Penyebab kesiapsiagaan bencana rendah, kata Sutopo lagi, juga karena terbatasnya anggaran penanggulangan bencana. Rata-rata di BPBD provinsi anggaran hanya 0,38 persen dari APBD. Di BPBD kabupaten/kota bahkan rata-rata kurang dari 0,1 persen total APBD.
"Pengetahuan terhadap bencana memang meningkat, tapi belum mendorong kesiapsiagaan. Rendahnya kesiapsiagaan ini jadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Di satu sisi, ancaman bencana sangat nyata," tambahnya.
Ada pun prediksi bencana yang dipicu oleh aspek cuaca diperkirakan terus meningkat --baik dari segi intensitas, frekuensi, sebaran, maupun kekuatan-- pada 2013. "Jika tak ada perbaikan, bukan tak mungkin jumlah korban serta kerugian bencana meningkat di masa mendatang."
Menurut Guru Besar Hidrologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sudibyakto, fenomena ini tidak terlepas dari faktor naiknya suhu Bumi akibat perubahan iklim global.
Berdasarkan evaluasi BNPB pula, pada 2012 bencana-bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor, puting beliung, dan banjir bandang, semakin tinggi di Indonesia. Peningkatan hingga 80 persen dari rata-rata kejadian bencana hidrometeorologi di Indonesia dalam periode tahun 2002-2011.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR