Sekitar tujuh kapal nelayan bergerak bersamaan. Keluar dari teluk di wilayah Taiji, Distrik Higashimuro, Wakayama, Jepang, kesemuanya bergerak ke arah laut lepas.
Tidak lama, jaring dilepas dari masing-masing kapal. Anak-anak buah kapal membenturkan apa pun untuk memunculkan suara bising. Ternyata inilah cara yang mereka lakukan untuk menggiring kumpulan lumba-lumba ke teluk.
Lumba-lumba, hewan yang amat sangat peka dengan suara, berenang secepat mungkin untuk menghindari kapal nelayan. Di teluk, mereka terperangkap. Jalur berenang ke laut lepas sudah tertutup jaring. Di situ, mereka dibiarkan sehari semalam.
Esok paginya, kesemua lumba-lumba ini diperiksa satu persatu, diseret, dan dipaksa masuk ke dalam kolam-kolam kecil. Mereka inilah yang nantinya menjadi lumba-lumba sirkus yang diedarkan ke seluruh dunia.
Paparan mengerikan ini adalah nasib nyata lumba-lumba yang disajikan oleh Ric Barry O'Feldman atau yang lebih tenar dipanggil Ric O'Barry. Mantan pelatih lumba-lumba untuk film Hollywood itu kini berjuang untuk konservasi di alam bebas.
"Anda harus melihat mereka (lumba-lumba) di alam untuk mengerti bahwa penangkaran bukanlah jawabannya," kata O'Barry dalam diskusi "Wildlife Protection Series - Dolphins," di Jakarta, Selasa (5/2) kemarin.
Dikatakan O'Barry, di alam, lumba-lumba ini berenang sejauh 40 mil per hari, bersosialisasi, dan menjelajah. Lumba-lumba yang ditangkar dalam wadah sirkus ataupun taman hiburan, akan menjadi stres dan berusia pendek.
Fisik mereka juga akan rusak karena klorin membakar mata dan kulit. Jika ingin menyelamatkan lumba-lumba, tambah O'Barry, keluarkan mereka dari akuarium, lepaskan mereka di alamnya.
"Sirkus lumba-lumba adalah merujuk mengenai dominasi. Anak-anak yang menyaksikannya akan berpikir memang adalah peran lumba-lumba untuk menghibur manusia," ujar O'Barry.
Menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, lumba-lumba di Indonesia termasuk hewan dilindungi. Karena itu, mereka bukanlah satwa yang boleh dipindah-pindahkan."Mengambil lumba-lumba tanpa izin akan diancam hukuman penjara lima tahun," ujar Zulkifli.
Indonesia sendiri sudah memiliki lokasi rehabilitasi permanen lumba-lumba, yakni di Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Namun, hingga kini kondisinya masih terlantar dan belum ada lumba-lumba yang direhabilitasi. Saat ini, pihak kementerian terkait didesak untuk segera mengoperasikan lokasi tersebut.
"Karimunjawa itu indah, orang-orangnya juga ramah, semoga Anda bisa berkunjung sehingga kita bisa melakukan hal tepat untuk lumba-lumba," kata Femke Den Haas dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN).
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR