Earth Hour, gerakan masyarakat yang digalang WWF untuk meningkatkan kesadaran gaya hidup berkelanjutan, dimulai hari ini, Jumat (22/2). Earth Hour dimulai 30 hari jelang hari-H puncak acara pada 23 Maret mendatang, di mana dilakukan aksi pemadaman secara serentak mulai pukul 20.30 - 21.30 waktu setempat. Hingga berakhir 30 hari kemudian pada 22 April 2013.
Durasi yang memakan waktu 60 hari ini memang sengaja ditekankan karena selama ini masyarakat awam berpikir Earth Hour hanya berlangsung satu jam pada akhir bulan Maret tiap tahunnya.
"Mereka yang tidak bergerak di bidang lingkungan selama ini berpikir bahwa Earth Hour hanya satu jam. Padahal kami ingin mengajak untuk mengampanyekan gaya hidup jangka panjang," ujar Campaign Coordinator, Climate & Energy Programme WWF-Indonesia Verena Puspawardani, Jumat (22/2).
Seperti tahun lalu, Earth Hour mengajak masyarakat untuk melakukan aksi mempertahankan kelestarian lingkungan. Bentuknya berupa tantangan dalam gerakan "Ini Aksiku, Mana Aksimu," yang di-posting di Youtube.
Seperti Iwan (21) yang diet kantong plastik atau Tifani (21) yang lebih memilih kendaraan umum dibanding transportasi pribadi. Aksi tahun lalu berjalan di 22 kota, menyentuh 255 komunitas, 77 sekolah, 44 universitas, dengan total satu juta orang.
Sesudah aksi ini diunggah ke Youtube dalam periode Februari hingga 23 Maret, maka disiapkan waktu sebulan kemudian untuk memastikan aksi yang dijanjikan berjalan.
"Untuk tahun 2013, kami tidak menargetkan jumlah berapa video yang di-upload, yang penting bisa memicu orang lain untuk paham dengan isu ini," ujar Verena saat berbincang dengan National Geographic Indonesia.
Earth Hour dimulai pertama kali di Sydney, Australia, di tahun 2007. Sejak saat itu, gerakan ini menjalar ke seluruh dunia dan menjadi aksi sukarela terbesar untuk melawan polusi karbon.
Dari gerakan ini, DKI Jakarta sebagai tuan rumah Earth Hour 2012 di Indonesia, berhasil menurunkan beban listrik hingga 214 Mega Watt (MW). Listrik sebanyak ini sama dengan menghemat bahan bakar minyak sebanyak 64.000 liter atau setara dengan penurunan emisi karbon sebesar 154 ton.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR