Memperingati Hari Perempuan Sedunia tanggal 8 Maret, kaum perempuan di Indonesia masih harus hadapi berbagai situasi yang tidak cukup baik dan penuh dilema. Masalah ini diangkat dalam sebuah diskusi panel yang diadakan oleh Australian AID bersama sejumlah LSM di Jakarta, Kamis (7/3).
Salah satu keprihatinan terbesar yaitu kasus kekerasan terhadap perempuan. Laporan Tahunan Komnas Perempuan yang baru saja dirilis menyebut, pada tahun 2012 lalu terdapat 841 kasus perkosaan serta 780 kasus pencabulan. Data tersebut terkumpul dari 300 lembaga pelayanan perempuan di 30 daerah provinsi.
Dari kasus yang tercatat, lingkupnya sekitar 65 persen merupakan kasus kekerasan di tingkat personal terutama kekerasan domestik (KDRT), disusul 34 persen kekerasan di ranah komunitas, dan satu persen negara.
Namun Desti Murdijana dari Komnas Perempuan menuturkan, gambaran jumlah kasus kekerasan perempuan harus disikapi sebagai fenomena gunung es. "Angka kasus tidak berarti apa-apa, karena data yang ada (tercatat) belum seluruhnya. Atau hanya di permukaan, belum sebanding dengan besarannya. Banyak sekali korban kekerasan yang tidak tercatat," ungkap Desti.
Akibatnya, tidak dapat dipastikan kenyataan utuh berapa kasus kekerasan perempuan yang terjadi. Ini membuat semakin sulitnya mencegah dan menanggulangi demi melindungi hak perempuan.
Mengapa mereka, para korban kekerasan, bungkam? Desti memberi jawaban, bisa jadi faktor ketiadaan tempat untuk mengadu atau melapor kasus.
Desti berkata, "Komnas Perempuan mengharapkan lembaga layanan sebanyak mungkin di seluruh Indonesia, baik yang dari sipil maupun yang difasilitasi pemerintah."
Di samping itu, ia tak menampik perlunya upaya serius untuk mengubah paradigma masyarakat mengenai korban kekerasan, bentuk apa pun. Serta mendorong bagi para perempuan sendiri untuk mengatakan diri sebagai korban apabila kekerasan terjadi.
Perempuan merupakan kelompok yang rentan secara status sosial politis. Sedangkan secara ekonomi, berdasar Gender Development Index 2010, perempuan Indonesia masih berada di posisi ekonomi yang lemah atau miskin. Indonesia menempati urutan ke-108 dari 166 negara.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR