Jajak pendapat yang dilakukan di 18 negara sub-Sahara Afrika menemukan bahwa setengah dari populasinya memercayai dunia mistik.
Dukun, shaman, atau apapun sebutannya, ditempatkan sebagai pihak yang menyembuhkan penyakit, memindahkan kutukan, serta mencabut ketidakberuntungan. Namun, kepercayaan seperti ini juga bisa membantu penyebaran HIV/AIDS.
Seperti yang dilaporkan oleh salah satu aktivis LSM di Malawi, Seodi White. Selama bertahun-tahun, White memerangi kepercayaan magis yang menyiarkan HIV/AIDS, terutama untuk kaum perempuan desa. Janda-janda di sebagian selatan Afrika diharuskan berhubungan seksual yang tidak aman dengan tujuan "membersihkan" diri.
Hal ini wajib mereka lakukan karena dipercaya roh suami akan kembali untuk mengutuk keluarganya. "Janda-janda ini bilang 'saya tidak ingin mati, saya tidak ingin ada kutukan ke suami'," cerita White. Mereka kemudian menangis dan minta "dibersihkan".
Hubungan seksual yang tidak aman inilah yang akhirnya meningkatkan risiko terpapar HIV. Bahkan ada "pembersih" profesional bertarif tinggi yang menjanjikan hilangnya kutukan pada sebuah keluarga.
Nicoli Nattrass, Direktur Unit AIDS dan Riset Masyarakat Afrika Selatan, dalam bukunya The AIDS Conspiracy: Science Fights Back, menyebut soal praktik ini. Banyak literatur di Afsel yang percaya bahwa HIV disebabkan hal-hal spiritual. Virus ini, dalam kepercayaan mereka, biasanya disebabkan adanya kutukan atau pelanggaran terhadap leluhur.
Kepercayaan ini makin lengkap karena beberapa gejala AIDS seperti diare dan TBC juga merupakan ciri klasik seseorang dijampi-jampi. Meski saat ini masyarakat Afrika paham bahwa AIDS disebabkan virus menular seksual, mereka masih menempatkan kepercayaan magis di balik alasan penyebaran terjadi.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR