Gua pembunuh, begitulah sebutan bagi sebuah gua yang terletak di dekat kota Madrid, Spanyol. Julukan tersebut begitu melekat karena gua ini jadi perangkap kematian bagi jenis karnivora prasejarah yang hidup sekitar sembilan hingga sepuluh juta tahun lalu.
Jenis karnivora yang pernah terperangkap pada gua pembunuh ini sangat menakjubkan. Karena meliputi kucing
sabertooth (bertaring tajam), dubuk, anjing-beruang, dan nenek moyang panda merah. Yang menjadi pertanyaan, mengapa para karnivora ini terperangkap pada gua pembunuh tersebut?
Para peneliti melalui jurnal Plos One memaparkan bahwa para karnivora yang sedang lapar berusaha mencari mangsa, kemudian mencium bau makhluk yang mati atau sekarat. Bau tersebut rupanya menarik para karnivora untuk mendekati sumber bau, yang tidak lain berasal dari sebuah lubang (gua), kondisi ini menarik mereka untuk masuk ke dalamnya. Bau calon mangsa ditambah sumber air, akhirnya menarik para karnivora untuk menjajal hidup di gua tersebut.
Namun sayang, ternyata para hewan tersebut terperangkap di dalam gua untuk selamanya. Mereka tidak bisa keluar hingga akhirnya mereka pun ikut mati dalam gua tersebut. Kematian mereka menjadi daya tarik bagi karnivora lain untuk masuk ke dalam gua kemudian memangsa bangkai karnivora teman mereka sendiri, begitu selanjutnya.
Soledad Domingo, peneliti di University of Michigan Museum of Paleontology bersama koleganya menganalisa kondisi geologi kapan gua tersebut terbentuk, usia individu yang berada dalam gua, serta menentukan kurun waktu kapan hewan ini memasuki gua. Misteri prasejarah terungkap dari demografi individu yang ditemukan, orientasi pada sisa-sisa kerangka, sedikitnya tulang retak atau berdasarkan bekas-bekas jejak kaki.
Penemuan ini sekaligus memecahkan teori sebelumnya yang mengindikasikan bahwa semua hewan berakhir pada sebuah lokasi tunggal akibat bencana alam atau mereka terbawa ke dalam gua dari lokasi lain.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR