Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja ahli yang kapabel menerapkan ilmu dan teknologi akan meningkat hingga 113 juta orang untuk menjadi tujuh besar negara yang merajai ekonomi dunia, yang merupakan tujuan Indonesia pada 2030.
Demikian dikemukakan oleh Corporate Affairs Director Intel Indonesia Deva Rachman saat digelar Intel Education Day di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa (7/5). Menurut Deva, satu-satunya cara untuk memenuhi gol tersebut adalah pendidikan harus bertransformasi lewat information and communication technology (ICT).
Pada kesempatan yang sama ini juga Intel Indonesia bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kemdikbud, dan sejumlah pihak terkait menerima lima pelajar Indonesia yang bakal ikut serta dalam Intel Science and Engineering Festival (ISEF) yang diselenggarakan di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, 12 - 17 Mei 2013.
"Melalui ISEF, kami menghargai bakat serta semangat para pelajar untuk mengembangkan inovasi dan kreativitasnya masing-masing. Forum ISEF juga membuat inovator-inovator muda berbakat bisa terhubung satu sama lain," ungkap Deva.
Lima siswa sekolah menengah yang mewakili Indonesia ialah Jovita Nathania, Maria C Yolenta Lestari, Rosinta Handinata (SMA Tarsisius 1 Jakarta), Hani Devinta Sari (SMAN 63 Jakarta), dan Muhammad Imadudin Siddiq (SMAIT Insantama Bogor). Kelimanya telah diseleksi sejak setahun yang lalu pada Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI.
Proyek penelitian mereka yang dinyatakan sebagai pemenang nasional, melalui pembinaan peneliti-peneliti profesional kini dibawa ke kancah kompetisi bertaraf internasional. Bogie Soedjatmiko, Kepala BKPI LIPI menekankan, "Anak-anak kita tidak kalah mutunya dalam bersaing. Saya katakan, siswa memiliki potensi serta minat untuk melakukan penelitian sejak dini."
Selain itu, Intel pun telah melatih sebanyak 75.000 guru di Indonesia sampai sekarang. Program pelatihan bidang ICT yang dilakukan berupa capacity building. Deva mengatakan, ini terkait tak kalah pentingnya kualitas guru dalam mendorong dan mengembangkan generasi yang sadar sains dan teknologi.
"Kami terus berupaya. Agar pendidik dapat lebih efektif mengintegrasikan teknologi dalam proses belajar-mengajar, meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah yang baik, berpikir kritis, dan kerja sama."
Memang diakui Deva, jumlah guru di Indonesia amat besar sehingga susah menjangkau seluruhnya. "Jadi tantangan melatih guru-guru pun berat," imbuhnya, "Oleh sebab itu kami akan terus lakukan banyak kolaborasi dengan Kemdikbud, Kementerian Ristek, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan lain-lain."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR