Akhir pekan ini, Thai Trade Center Jakarta dan Departemen Perdagangan dan Promosi International Kementrian Perdagangan Thailand menggelar pameran bertajuk “Thailand Trade Show” di Jakarta Convention Center, Jakarta. Di pameran itu, terdapat 150 perusahaan Thailand yang memamerkan produk kebanggaan mereka, termasuk perusahaan makanan dan minuman.
Berbicara minuman, khususnya kopi, Thailand memang tak ngetop sebagai produsen kopi. Soal ini pamor mereka masih kalah dengan negara kita dan Brazil. Namun berdasar fakta, negeri Siam ini berani mengklaim bahwa pertumbuhan produksi kopi berada di peringkat ketiga setelah Indonesia dan Vietnam. Pada 2002 tercatat 100.000 ton kopi yang diproduksi. Angka ini memang amat jauh bila dikomparasi dengan produksi Brazil yang lebih dari 3 milyar ton pada tahun yang sama.
Meski bukan raja kopi, bukan berarti Thailand tak punya cerita soal kopi. Produksi kopi yang banyak dipakai sebagai bahan dasar kopi instan adalah Thai Robusta. Kopi ini ditanam di daerah selatan negeri gajah putih ini. Sedang sebelah utaranya tumbuh jenis arabica.
Thailand punya brand name tempat ngopi yang cukup ngetop: Black Canyon Coffee. Perusahaan ini didirikan pada 1993 dan hingga kini sudah ekspansi ke mancanegara. Tercatat ada 91 outlet Black Canyon Coffee di dunia. Termasuk, cabang di negara tetangga, seperti Malaysia dan Indonesia. Di negeri jiran, mereka sudah punya dua outlet sedang Indonesia ada di bilangan Krekot, Jakarta.
Nongkrong di Black Canyon memang mengasyikkan. Kita dapat mencicipi kopi robusta khas Thailand. Pilihan kopi lainnya yang ada di dunia juga dapat kita nikmati. Ada sederet menu kopi dingin, seperti Black Coffee Champ Iced Coffee, Black Canyon Iced Coffee, Iced Mocha, Iced Cappuccino, Black Canyon Coffee Frost, Blackpuccino, Mocha Glacier atau Blended Iced Coffee with Rum.
Hot Coffee? Silakan cicipi: Black Canyon Hot Coffee, Espresso, Mocha, Mocha Latte, Mocha Cappuccino, Espresso Macchiato, Kopi Ancient Coffee, Vienna, Espresso Con Panna atau Arabica Viengping. “Soal harga mulai dari 50 baht lah. Lumayan, kalo di sini (Indonesia) mirip excelso atau bisa kita sebut Starbucks-nya Thailand,” komentar Arie Parikesit – pengamat kuliner dari Jakarta.
Di Thailand juga dapat ditemukan kopi khas yang disebut Kaffae biasa dibeli utuh dan digiling sesaat sebelum diolah, diminum terutama pagi dan siang hari.
Kaffae Thung yang berarti Kopi Kantong dibuat dengan cara menaruh kopi yang baru digiling dalam saringan yang terbuat dari kain dan rangka besi. Lalu dituang air mendidih melewati saringan itu ke dalam sebuah kaleng yang sudah diberi 1-2 sendok susu kental manis. Tetesan hasil saringan tersebut menghasilkan kopi yang sangat pekat lalu dituang kedalam gelas.
Untuk udara siang yang panas, ada Kaffae Yen atau Kopi Es, yang dibuat sama dengan pembuatan kaffae thung, dari kaleng tersebut kopi yang sudah dicampur susu kental manis dituang ke dalam gelas atau plastik yang sudah berisi es remuk (bukan es batu).
Rasa dari Kaffae Yen ini sungguh segar. Kepekatan kopinya masih sangat terasa, manis dari susu juga tidak terlalu dominan (pas) dan sangat dingin karena memakai es remuk bukan es batu.
Secara tradisional, kaffae thung dan kaffae yen banyak dijumpai di pinggiran klong (kanal) kecil di Bangkok. Juga ada dalam gerobak-gerobak. Dengan perahu kecil, warga bangkok biasanya membeli kopi pada penjual yang juga memakai perahu kecil ataupun yang mempunyai gerai di pinggiran klong. Penjual kopi tradisional sangat mudah ditandai dengan aroma kopi yang harum dan kuat.
Es kopi dikemas unik dalam plastik yang ada jinjingannya. Jadi cara pegangnya dijinjing. Ini jelas beda dengan di Indonesia yang dicekik leher plastiknya dan es batunya selalu dalam bentuk hancur. “Saya paling suka kopi yang ada di pinggir jalan itu. Rasanya lebih bodied dan gurih. Lagipula harganya terjangkau, berkisar 15 – 20 baht,” tukas Arie Parikesit.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR