Ukuran tubuh dan berat badan yang berbeda jauh tak menjadi penghalang bagi dua makhluk ini menjalin persahabatan. Jokia, gajah betina, 42 tahun dengan bobot tiga ton menjalin persahabatan dengan Sangduen Chailert, wanita Thailand berusia 40 tahunan dengan berat badan 39 kilogram.
Keduanya saat ini tinggal bersama di dalam hutan perbukitan Thailand bagian utara. Kehidupan Jokia, sang gajah malang yang selalu mendapat tekanan dari sang pemilik membuat hati Sangduen terenyuh untuk mengadopsi.
Sebelum keduanya bertemu, Jokia merupakan gajah yang dipekerjakan di usaha penebangan kayu liar. Ia dipaksa untuk menarik gelondongan kayu, meskipun dalam kondisi hamil. Terlalu keras bekerja, ia pun mengalami keguguran dan mogok kerja sebagai perlawanannya.
Tak suka melihat Jokia mogok kerja, seorang mahout -pawang gajah sekaligus pemilik- membidiknya dengan ketapel. Malang nasib Jokia, suatu hari ketapel tak tepat sasaran malah mengenai mata kiri Jokia hingga buta. Gusar dengan tingkah mahout, Jokia pun membalas dengan mematahkan leher lelaki itu dengan belalainya.
Pemilik murka, lantas memanah mata kanan Jokia kemudian mengikatnya dengan rantai. Dalam keadaan tak bisa melihat, ia masih dipaksa unutk mengangkut gelondogan kayu jati.
Suatu hari Sangduen mengunjungi lokasi penebangan, ia menyaksikan langsung Jokia sedang dipukuli oleh pemiliknya karena menabrak pohon saat sedang mengakut kayu. Melihat penderitaan yang dialami Jokia, Sangduen yang berprofesi sebagai pemilik biro perjalanan di Chiang Mai memutuskan untuk membeli dan merawat sang gajah malang.
Jokia bukanlah hewan pertama yang dirawat dan dilindungi oleh Sangduen. Di rumahnya Ia memelihara 30 ekor anjing yang dibuang ataupun terluka, selain itu Ia juga memberi makan 200 ekor anjing tak bertuan. Jokia adalah satu dari 17 gajah dewasa yang telah diselamatkannya. Saat ini seluruh gajah tersebut tinggal di dalam hutan seluas 385 hektare, yang terletak 55 kilometer di utara Chiang Mai.
Sangduen menyebut lahan luas itu Suaka Gajah. Lahan merupakan milik pribadi Sangduen namun ada juga yang ia sewa dari pemerintah. Dedikasi Sangduen terhadap bintang sungguh luar biasa, Ia pun disebut sebagai pelopor gerakan tindakan beradab terhadap binatang.
(Kisah mengenai gajah Thailand dan kisah persahabatan Jokia dan Sangduen pernah dimuat dalam National Geographic Indonesia edisi Oktober 2005).
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR