Menurut laporan yang dipublikasikan oleh China Daily, harian resmi milik pemerintah Cina, jumlah total wisatawan yang mengunjungi Beijing selama paruh pertama tahun 2013 ini turun 14,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2012 lalu.
Angka yang dirilis oleh biro statistik tersebut menandai untuk pertama kalinya ibu kota negeri tirai bambu itu mengalami penurunan jumlah kedatangan wisatawan dalam enam bulan pertama dalam satu tahun, sejak tahun 2008. Ketika itu, laporan statistik mengungkapkan, turis yang datang ke kota tersebut hanya mencapai 2,14 juta orang.
Menurut Lu Yong, Director of the Beijing Commission of Tourism Development, faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan jumlah wisatawan ke Beijing adalah polusi udara yang kerap kali hadir dan juga pelemahan ekonomi yang terjadi secara global.
Penurunan ini terjadi meski pemerintah Cina telah menerapkan kebijakan baru yang memperkenankan para wisatawan dari 45 negara untuk mampir di Beijing selama 72 jam tanpa harus mengurus visa. Kebijakan ini sendiri sudah diperkenalkan sejak Januari lalu.
Beijing sendiri kerap mengalami polusi udara yang mencapai titik berbahaya, dan level zat-zat berbahaya yang terkandung di dalamnya meningkat hingga hampir 40 kali lipat dibandingkan dengan titik batas yang ditentukan oleh World Health Organization (WHO). Kasus polusi terburuk seperti itu sempat terjadi pada Januari lalu, dan sempat menarik perhatian masyarakat dunia.
Ironisnya, dari sebuah studi yang pernah dilakukan oleh tim peneliti asal Cina dan Amerika Serikat tahun 2006 lalu, bisa ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar polusi udara yang muncul di Beijing berasal dari kota-kota dan provinsi lain di sekelilingnya. Secara rata-rata, 35 sampai 60 persen polusi terlacak bersumber dari luar kota tersebut.
Di antara kawasan yang paling banyak berkontribusi terhadap jumlah polusi yang hadir di Beijing adalah dari kota Tianjin, yang berjarak sekitar 137 kilometer arah tenggara Beijing serta provinsi Shandong, salah satu provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di negeri itu.
Menurut penelitian, pengaruh signifikan kedua kawasan tersebut terhadap kualitas udara di Beijing sebagian adalah karena aliran udara dari selatan - tenggara yang terjadi selama musim panas serta jajaran pegunungan yang ada di kawasan utara dan barat laut Beijing.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR