Kebakaran kembali menghantui Jakarta. Dalam satu minggu libur Idul Fitri 1434 Hijriah (3-11 Agustus 2013) tercatat sebanyak 28 peristiwa kebakaran.
Dalam siaran persnya, Kepala Seksi Informatika BPBD DKI, Bambang Surya Putra mengatakan peristiwa itu kebanyakan terjadi di pemukiman padat penduduk. "Mulai dari 3-11 Agustus 2013 telah terjadi 28 kali kebakaran," kata Bambang, Minggu (11/8/2013).
Peristiwa kebakaran itu merenggut korban jiwa. Dalam catatan Bambang, dari 28 kebakaran itu, terdapat empat orang meninggal dunia. Tiga orang meninggal pada kebakaran pada 8 Agustus di Jalan Tanah Koja, Jakarta Utara, yaitu Dina Yulianti (12), Mohamad Fadli (10), dan Doni (4). Sedangkan seorang lagi meninggal akibat serangan jantung, yaitu Abuna, ketika terjadi kebakaran di Jalan Sinar Budi Jembatan Dua, Jakarta Utara.
Selain menyebabkan korban jiwa, peristiwa kebakaran selama kurang lebih satu minggu itu mengakibatkan sebanyak 152 bangunan hangus, dan 121 KK atau sebanyak 509 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Bantuan yang hingga saat ini masih dibutuhkan para korban kebakaran adalah pakaian seragam sekolah dan buku-buku pelajaran. "Kami juga telah berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan. Tapi, kalau ada warga yang bersimpati, dapat menyampaikan bantuan langsung kepada korban," kata Bambang.
Mengenai penyebab kebakaran, Bambang menyebutkan sebanyak 92,86 persen kebakaran akibat karena korsleting listrik, 3,57 persen lantaran api rokok, dan sisanya disebabkan oleh ledakan tabung gas. Kata Bambang, data ini menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam keamanan penggunaan listrik di rumah.
Penulis National Geographic Indonesia, Mahandis Yoanata, pernah melakukan peliputan mengenai seluk beluk para pemadam kebakaran. "Banyak kisah merona bahagia dan harunya hidup di balik gagahnya seragam biru dan topi baret para petugas. Merekalah yang selalu siaga saat siang dan terjaga kala malam," kata Mahandis, yang karya tulisnya dimuat dalam edisi April 2011 (Baca: Laga Sang Ksatria Penantang Api).
Dalam peliputan itu, ia juga menjumpai fakta bahwa para pemadam tidak bisa mengandalkan hidran karena alat tersebut tak menjangkau pemukiman padat nan kumuh seperti kasus kebakaran kali ini. Di sisi lain, jumlah hidran di Jakarta sangat jauh dari memadai, hanya 1.424 unit dari jumlah ideal 20 ribu unit. Dari jumlah hidran yang ada hampir separuhnya rusak. Bahkan dari hidran yang masih berkondisi baik, petugas pemadam tak bisa menjamin kelancaran airnya.
Selain itu, dalam sebuah riset, Jakarta memiliki fakta bahwa setiap hari sedikitnya dua kebakaran memberangus wilayah ini. Akibatnya, setiap minggu sekitar dua ratus orang harus kehilangan tempat tinggal.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR