Suara keras Pak Hau-Hau mungkin menggangu keheningan di pagi hari tapi sangat efektif. Banyak juga yang menanggapi saat ia berteriak. Dari dalam rumah terdengar sahutan-sahutan. Bahkan sering terjadi aspirasi orangtua atas jalannya pendidikan tersampaikan ke pihak sekolah lewat Pak Hau-Hau.
Seperti saat dia menegur seorang anak yang tak bersepatu. “Kenapa tak pakai sepatu? Bukannya sudah dibagikan?” Si anak tak menjawab tapi orangtuanya yang keluar dari rumah dan memberikan jawaban, “Sepatu yang dibagikan kekecilan, sakit kalau dipakai jalan. Minta tolong tukar,” begitu jawab orangtuanya.
Tak segan-segan Pak Hau-Hau menyampaikan itu kepada pihak sekolah. Hal itu juga berlaku untuk masalah lain.
Tugas Pak Hau-Hau terlihat sederhana, ia hanya “Polisi Sekolah” yang bermodalkan suara lantang. Tapi kehadirannya efektif untuk menyadarkan murid dan orangtua akan arti pentingnya pendidikan.
Ini mengingatkan kita bahwa masalah pendidikan bukan hanya soal kemampuan keuangan, fisik bangunan dan infra struktur lainnya. Tapi juga komunikasi dua arah dan pendekatan personal yang menyentuh permasalahan setiap siswa.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR