Kehadiran mereka tak sia-sia. SD Negeri Taroi tempat mereka mengajar peringkat Ujian nasionalnya naik dari peringkat ke- 40 menjadi peringkat ke-11 dari seluruh sekolah dasar yang ada di kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Ini prestasi yang membanggakan bagi mereka.
“Begini bapak, untuk kelas enam kemarin memang kita gembleng. Kalau pagi mereka sekolah, sore mereka les dengan guru mata pelajaran masing-masing. Malamnya baru private di rumah. Dari situ tiap hari kita gembleng”, jelas Erlyn bersemangat.
Beberapa orangtua mereka sempat menyatakan tak setuju. “Anak saya ini pagi sudah sekolah, sore les, malam disuruh belajar lagi, kapan bantu orangtuanya?” kenang Erlyn akan ucapan orangtua murid yang protes.
“Tapi ketika anak-anaknya lulus dengan hasil memuaskan, ooo... ternyata selama ini bermanfaat”, tambah Erlyn lagi. Yang lebih membanggakan lagi salah seorang siswa mereka, Soleh, hasil Ujian Nasionalnya menempati peringkat ketiga dari seluruh siswa SD di kabupaten Teluk Bintuni. “Anak itu memang pintar”, kagum guru muda itu.
Saat ditanya sampai kapan mereka mengajar di daerah yang sulit terjangkau seperti Taroi? “Kalau kita masih diperlukan dan diperpanjang ya Insya Allah kita juga mau diperpanjang. Kalau nanti misalnya ada tes calon penerimaan pegawai negeri sipil kita insya Allah juga mau ikut. Ikuti jalannya saja sudah!” Begitulah Yeni menjelaskan dengan logat Jawa bercampur logat Indonesia Timur.
Negeri ini akan cepat maju jika semakin banyak anak-anak muda seperti Yeni dan Erlyn yang mengajar di tempat-tempat terpencil di pelosok-pelosok. Karena kunci kemajuan sebuah bangsa adalah pendidikan. Keberanian dan semangat guru-guru muda ini semoga bisa memberi inspirasi kaum muda yang lainnya untuk berkarya di pelosok-pelosok negeri ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR