Observatorium Bosscha yang terletak di Lembang, kawasan Bandung utara, diupayakan diselamatkan dari ancaman polusi cahaya dan gangguan lingkungan. Masyarakat sekitar akan didorong memelopori kegiatan pemetaan potensi di kawasan Bosscha, terutama keunikan dan sejarah lingkungan.
Terkait itu, pada 17 Agustus 2013, dibentuk Komunitas Sahabat Bosscha (KSB) yang akan menjaga pelestarian Observatorium Bosscha. ”Sebagai cagar budaya, Observatorium Bosscha harus dilindungi keberadaannya,” kata Dewi Turgarini dari Humas Komunitas Sahabat Bosscha, Senin (19/8/2013), di Bandung. KSB diketuai budayawan Eka Budianta.
Pemberdayaan masyarakat di sekitar Bosscha perlu dilakukan untuk membantu upaya mengurangi polusi cahaya, terutama menyosialisasikan penggunaan tudung lampu. Kawasan hunian berikut aktivitas cahaya mengganggu operasional Bosscha dalam penelitian angkasa.
Mahaseno Putra, Kepala Departemen Astronomi Observatorium Bosscha, memaparkan, tahun 2004 Bosscha dinyatakan sebagai benda cagar budaya oleh pemerintah. Keberadaannya dilindungi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya, tahun 2008, pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu ”obyek vital nasional yang harus diamankan”.
Bosscha berperan sebagai ”rumah” bagi penelitian astronomi di Indonesia. Tahun 2012, Bosscha menerima kunjungan 60.000 orang. ”Tentu Observatorium Bosscha merupakan aset negara dan dunia yang harus terus dipelihara dan dijaga agar tetap bekerja sesuai fungsinya,” ujar Mahaseno.
Tanggung jawab bangsa
Mira P Gunawan, Dewan Pakar Badan Pelestari Pusaka Indonesia, memaparkan, Bosscha bukanlah milik ITB meski sejak 1959 dititipkan kepada ITB. Itu menjadikan Bosscha sebagai tanggung jawab bersama bangsa Indonesia. Di tingkat lokal perlu diperjuangkan agar Bosscha memiliki tata ruang yang memadai, antara lain area pengamatan astronomi yang bersih dalam radius 2 kilometer.
Perbaikan beragam sarana itu diperlukan agar Bosscha terus menjadi atraksi wisata edukasi berkelanjutan. Upaya ini, kata Mira, perlu dibarengi ketersediaan anggaran pemeliharaan.
Pada saat yang sama, potensi Bosscha juga perlu digali sebagai sumber inspirasi karya seni dan budaya bangsa selain menjaga keragaman dan melestarikan flora (magnolia, kastuba, dan lainnya) serta fauna di kawasan itu, berikut menikmati kuliner khas Lembang.
Ketua Program Studi Sarjana Magister ITB Taufiq Hidayat menambahkan, generasi mendatang perlu memproteksi perkembangan kearifan lokal bangsa dari ilham keastronomian. Menggali pusaka budaya astronomi bangsa Indonesia merupakan bagian dari aktivitas kemanusiaan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR