Der Panzer. Begitulah tim nasional sepak bola Jerman dijuluki. Sebutan itu mengacu kepada tank yang dalam bahasa Jerman disebut panzer. Rasanya julukan itu sangat tepat. Seperti tank buatan negerinya, tim nasional Jerman tidak istimewa. Tampilannya kurang indah, namun selalu efektif dan mematikan untuk menghancurkan lawan.
Buktinya tergambar nyata di pentas sepak bola antarnegara. Jangan pernah remehkan timnas Jerman. Mereka akan selalu mampu tampil solid di tengah keterbatasan atau bahkan keraguan tentang kemampuannya. Terbukti, Jerman memimpin dalam daftar juara Piala Eropa dan hanya kalah dari Brasil serta Italia soal jumlah juara Piala Dunia.
Sedemikian tangguhnya timnas Jerman, sampai-sampai ada pernyataan dari eks striker Inggris, Gary Lineker, yang melegenda hingga kini. Dia berkata, “Sepak bola adalah permainan sederhana. Sebanyak 22 orang akan berlari mengejar bola selama 90 menit dan, pada akhirnya, Jerman selalu menang.”
Keperkasaan timnas Jerman tidak muncul begitu saja. Ciri khas yang tak pernah hilang dari Der Panzer adalah kolektivitas dan disiplin tinggi. Terkait hal, Der Panzer berutang kepada spirit komunal yang melekat erat di masyarakat Jerman.
Pada dasarnya, masyarakat komunal adalah gabungan orang yang dengan sengaja menciptakan ikatan satu sama lain berdasarkan kepentingan yang sama. Menurut Dr. Bill Metcalf dalam buku Shared Visions, Shared Lives, spirit komunal memiliki beberapa prinsip dasar, di antaranya mengutamakan kepentingan umum dibanding keluarga, kepemilikan bersama suatu hal, pengaturan keuangan yang sama, hingga pengambilan keputusan secara kolektif.
Masyarakat Jerman sudah sejak lama menerapkan prinsip komunal dalam kehidupan. Akibatnya, di sana mudah ditemuni komunitas atas dasar yang berbeda-beda. Spirit itu bahkan merasuk sampai ke politik sehingga melahirkan jaringan komunitas politik yang disebut kommuja. Terkadang, ini sangat mengekang individualisme.
Eks defender timnas Jerman, Matthias Sammer, memiliki pengalaman menarik terkaiit hal tersebut ketika masih muda. Dia mengisahkan betapa kuatnya semangat kolektif di timnya. “Suatu hari, para pemain mendapat sepatu baru. Sepatu saya adalah satu-satunya yang tidak pas. Ukurannya lebih besar tiga nomor di atas ukuran yang seharusnya saya pakai. Saya tidak bisa komplain karena sikap individualistis tidak ditoleransi sama sekali,” kata Sammer.
Memudahkan kerja sama
Meski terkesan ekstrem, spirit komunal yang mendarah daging di masyarakatnya ini ternyata memudahkan Jerman membentuk tim sepak bola yang tangguh. Sebagai olahraga kolektif, sepak bola membutuhkan kerja sama antarpemain yang solid. Orang Jerman cenderung lebih mudah melakukannya karena sudah terbiasa berbagi tugas di dalam komunitasnya.
Selain itu, spirit komunal menghadirkan disiplin tinggi. Masyarakat Jerman biasa membagi peran kepada tim. Si penerima tugas akan menjalankannya dengan sepenuh hati. Jika tidak, sistem yang diatur dalam komunitasnya akan kacau. Tak aneh, para pesepak bola Jerman dikenal disiplin dalam menerapkan strategi yang dipilih di atas lapangan.
Alhasil, jangan kaget ketika melihat timnas Jerman selalu mampu tampil solid. Sebab, kolektivitas dan disiplin tinggi yang dibutuhkan dalam sepak bola ternyata sudah mendarah daging di dalam diri mereka.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR