Setelah berhari-hari kurang tidur karena baru bisa menyelesaikan kesibukan sampai malam, banyak orang menganggap akhir pekan sebagai waktu paling tepat untuk membayar "utang" tidur. Tetapi, efektifkah cara tersebut?
Dalam sebuah penelitian, terbukti bahwa menambah jam tidur di akhir pekan tidak memberikan manfaat yang berarti untuk mengganti jam tidur yang kurang sebelumnya.
Para peneliti dari Penn State Hershey Medical Center melakukan pengukuran kemampuan penyelesaian masalah, kemampuan motorik, dan reaksi para subyek penelitian.
Orang yang diteliti adalah mereka yang selama enam hari berturut-turut hanya tidur 6 jam setiap malam, kemudian di akhir pekan (selama tiga hari berturut-turut) tidur 10 jam.
Meski menambah jam tidur akan mengurangi perasaan mengantuk, fungsi-fungsi lain tidak bisa kembali normal.
Penambahan jam tidur di akhir pekan hanya membalikkan efek negatif dari menurunkan fungsi kognitif akibat kurang tidur secara sebagian. Dalam jangka panjang hal ini tentu berpengaruh pada kesehatan.
Meski begitu sebagian pakar tidur menilai, kebutuhan tidur setiap orang bersifat individual dan dipengaruhi oleh genetik, usia, kondisi medis, dan faktor lingkungan. Kualitas tidur juga berpengaruh besar. Meski tidur kurang dari 7-8 jam setiap malam, jika tidurnya nyenyak dan berkualitas, maka hal tersebut jauh lebih baik ketimbang orang yang tidur 8 jam tetapi sebentar-sebentar terbangun.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR