Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh merancang langkah pengamanan benda koleksi museum, termasuk pembuatan duplikasi koleksi setelah terjadi kasus pencurian empat artefak emas berusia setidaknya 1.000 tahun di Museum Nasional, Jakarta.
Hilangnya empat artefak emas dari masa Mataram Kuno tersebut diketahui pada hari Rabu (11/9) dan baru dilaporkan kepada polisi Kamis sore. Polisi dan pihak-pihak terkait hari Jumat (13/9) melakukan olah TKP dan disaksikan oleh sejumlah pejabat, termasuk M. Nuh.
(Keempat artefak yang hilang dalam tautan ini)
Kepada wartawan, Nuh menjelaskan tiga langkah yang akan dilakukan untuk memastikan keamanan benda-benda koleksi museum. "Pertama kita tetap selamatkan aset hilang dengan menyampaikan info pencurian ke balai lelang dan asosiasi kolektor, intinya ingin mengamankan aset yang hilang itu," kata Nuh.
"Kedua, untuk hal-hal khusus terkait warisan budaya, kita harus punya duplikasinya. Jadi duplikasinya yang dipamerkan, tidak harus yang aslinya untuk menghindari terjadi apa-apa," tambahnya. Ia juga meminta agar sistem keamanan diubah dengan teknologi yang modern agar setiap gerakan di setiap ruang bisa direkam video.
(Artefak yang hilang miliki mantra-mantra, cek di sini)
Keempat artefak yang hilang berada di dalam satu buah lemari kaca yang dipajang di ruang Kasana, lantai dua gedung lama museum yang memiliki semboyan "Untuk Kepentingan Umum" atau Ten Nutte Van Het Algeemeen itu.
Museum Nasional dibangun pada 1862 oleh pemerintah Hindia Belanda di lokasi yang dulu dikenal dengan Koningsplein West (kini Jalan Medan Merdeka Barat 12) di atas lahan seluas 26.500 meter persegi. Museum ini menyimpan 141.000 benda bernilai sejarah yang terdiri dari koleksi pra-sejarah, arkeologi, numismatik, heraldik, keramik, etnografi, sejarah , dan geografi.
Pada tahun 1871, Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand berkunjung ke museum ini dan memberikan hadiah sebuah patung gajah perunggu yang kemudian dipajang di halaman depan museum dan seiring waktu, masyarakat mengenal Museum Nasional dengan nama Museum Gajah atau Gedung Gajah.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR