Wajah mirip tabung, hidung bulat, fauna ini lebih mirip karakter unik dalam film Star Wars. Tapi Anda jangan tertipu dengan tampilannya yang mengundang tawa, karena ternyata fauna bernama antelop saiga ini merupakan salah satu penyintas terbaik di dunia.
Saiga (Saiga tatarica) kira-kira sebesar kambing jantan, dengan berat 41 kilogram untuk pejantan, dan 27 kilogram untuk betinanya. Mereka biasanya ditemukan di stepa atau padang rumput gersang yang berada di Eropa Timur dan sebagian besar Asia Tengah. Dan kini, berkat usaha dari pihak konservasi, saiga kembali ke alam liar Kazakhstan.
Saiga berasal dari Zaman Es dengan jumlah mencapai dua juta di stepa Eurasia. Namun, menyusul pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991, membuat perburuan fauna ini meningkat tajam. Hanya dalam tempo 15 tahun, jumlah saiga menurun hingga 95 persen, menjadikannya sebagai salah satu fauna terancam punah di dunia.
Usaha mengembalikan populasinya di alam dilakukan oleh para pegiat lingkungan, peneliti, dan organisasi non-pemerintah. Salah satunya, Saiga Conservation Alliance (SCA), membantu mencipta formulasi pengembalian saiga. Anggota dari aliansi ini termasuk empat negara yang masih memiliki saiga, yaitu Uzbekistan, Kazakhstan, Rusia, dan Mongolia.
Mereka bekerja sama pula dengan Association for the Conservation of Biodiversity of Kazakhstan (ACBK). Juga dengan mendidik warga lokal mengenai arti penting antelop ini dalam ekosistem.
Usaha ini berbuah manis. Jika beberapa tahun lalu, jumlah siaga hanya 20 ribu hingga 30 ribu, akhir tahun 2012 lalu jumlahnya bertambah hingga melebihi 150 ribu."Ini hal besar, mengingat populasinya nyaris musnah pada sepuluh tahun lalu," kata Steffen Zuther, peneliti Jerman yang bekerja sama dengan pemerintah Kazakhstan dan beberapa organisasi lainnya.
"Jika Anda menggambar lingkaran ekosistem stepa, saiga ada di paling tengah," tambahnya.
Keprihatinan baru
Kendala baru muncul ketika Pemerintah Kazakhstan tengah merencanakan membuat jalur kereta api sepanjang stepa Betpak Dala, lokasi di mana sebagian besar saiga hidup. Selain itu, dalam empat tahun terakhir, penyakit misterius telah menyerang ribuan saiga dan kebanyakan betina.
Penyakit ini terjadi di beberapa lokasi dan biasanya terjadi pada akhir musim melahirkan. Para pakar memperkirakan infeksi bakteri pasteurellosi sebagai penyebabnya. Tapi ada juga yang percaya bahwa ini terjadi karena mereka terlalu banyak mengandung kelembaban dalam periode pasca-partum, yaitu waktu di mana mereka sangat haus dan kelaparan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR