Katak perut sudah punah, ia hilang sejak pertengahan 1980-an. Kemudian pada 2013, tim Archer menemukan DNA katak tersebut. Mereka mulai menanamkan DNA-nya pada telur induk katak lain, lalu mengamati bahwa embrio-nya mulai berkembang. “Namun, tiba-tiba berhenti begitu saja,” kata Archer. Tim percaya bahwa masalahnya bukan terletak pada DNA, tetapi pada teknik mereka untuk mengkloning amfibi.
Sekelompok ilmuwan bernama “The de-extinction club” dapat memanfaatkan rekayasa genetika dan melakukan kloning. Pada akhir 2020, Ben Novak yang merupakan bagian dari The de-extinction club, bekerja sama dengan US Fish and Wildlife Service untuk mengkloning musang berkaki hitam yang sedang terancam punah.
Klona tersebut bernama Elizabeth Ann, sampai kini sudah hidup selama enam bulan dan dalam keadaan sehat. Ia suka merobek kantong kertas dan menggonggong kepada siapa pun yang memasuki ruang pribadinya. Elizabeth Ann juga memiliki "variasi genetik yang tiga kali lebih banyak di tubuh kecilnya, daripada musang (berkaki hitam) lainnya di planet ini," kata Novak.
Source | : | The Sydney Morning Herald,Nytimes.com |
Penulis | : | Fadhil Ramadhan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR