Selain penyu hijau, penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu sisik (Eremochelys imbricate), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea), bertelur pada pesisir yang pernah dihantam Tsunami pada 1994 ini. “Penyu belimbing biasa bertelur antara Juli sampai September,” kata Didin. Tapi penyu berkarapas seperti buah belimbing itu datang bertelur saban tahun.
“Intervalnya empat tahunan baru naik [bertelur]. Dia juga paling lama bertelur; lubangnya paling dalam.” Sementara itu, penyu lekang bertelur mulai Maret sampai Juni. “Yang paling jarang penyu sisik; penyu hijau sepanjang tahun,” Didin memaparkan.
Kerap mengamati dan mengawal pantai perteluran, para pengelola Sukamade piawai mendeteksi polah penyu bertelur. Setiap jenis penyu punya gerak-geriknya sendiri. Didin menjelaskan, penyu lekang kerap bertelur tak jauh dari pinggir air laut, tak sampai 20 meter. Penyu lekang juga tidak menggali lubang sandaran badan, dia langsung menggali liang bertelur.
Tutupan sarangnya rapi, yang ditutup dengan tumbukan badan dan kaki. Suara tepukan badan ke pasir bisa terdengar sampai dua meter. “Badannya bergoyang, seperti goyang karawang,” Didin berseloroh.
Itu berbeda dengan penyu hijau, yang membuat liang hingga batas vegetasi. “Bisa pindah-pindah dia, mencari tempat yang tidak ada akarnya.” Akar-akar vegetasi hanya akan menyulitkan si chelo—begitu panggilan penyu hijau di Sukamade—menggangsir pasir. Sedangkan penyu sisik maupun penyu belimbing kerap bertelur di tengah hamparan pasir, antara air laut dan vegetasi pantai.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR