Menggerakkan ekonomi tanpa merusak sumber daya alam bisa dilakukan. Contohnya adalah pertanian jeruk yang menjadi urat nadi perekonomian Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Sektor budidaya jeruk sambas lambat-laun menggerakkan ekonomi masyarakat Sambas. Budidaya jeruk sambas tersebut sudah dilakukan setidaknya sejak pada tahun 1984. Ketika itu, lahan-lahan masyarakat yang semula digunakan untuk menanam padi atau palawijaya mulai ditanami jeruk untuk meningkatkan nilai ekonomis lahan.
Perlahan-lahan, luas tanaman jeruk bertambah dan akhirnya mencapai 11.000 hektare pada 2008. Ada ribuan petani dan pekerja yang terlibat dalam proses budidaya dan pascapanen, mulai dari menanam, merawat, memanen, sampai mendistribusikan keluar dari Sambas.
Selain memenuhi kebutuhan jeruk di wilayah Kalimantan Barat, produksi jeruk asal Sambas juga memenuhi kebutuhan jeruk di beberapa wilayah di Pulau Jawa antara lain Jakarta dan Semarang. Walaupun di Pulau Jawa, orang lebih kenal komoditas jeruk asal Sambas sebagai jeruk pontianak. Nama Pontianak melekat karena menjadi pelabuhan antarpulau untuk mengirim jeruk itu ke Jawa.
Saat ini produksi rata-rata jeruk sambas 10.000 ton per bulan. Sebagian besar tanaman jeruk berada di Kecamatan Tebas, sebagai sentra jeruk di Sambas. Kebijakan pemerintah melarang impor buah memberi angin segar kepada petani buah lokal, termasuk jeruk sambas. Harga komoditas terkatrol dan pasarnya terbuka.
Namun pemerintah kembali lagi membuka keran impor buah. Di pasaran, jeruk sambas harus berhadapan muka dengan jeruk asal China yang harganya lebih murah; memaksanya kembali ke siklus semula: harga jatuh saat pasokan buah ke pasar tinggi.
Budidaya jeruk sambas tetap bisa diandalkan untuk menggerakkan ekonomi daerah dengan sudah adanya upaya untuk mengolah dan memberikan nilai tambah pada jeruk. Terutama saat harga jatuh ketika pasokan buah tinggi jika terjadi panen raya. Kepala Dinas Pertanian Kalbar Hazairi mengutarakan, telah terbentuk kelompok usaha untuk mengolah jeruk menjadi minuman kemasan berbahan baku jeruk lokal sambas.
Idenya, kelompok usaha itu menampung jeruk saat harga jatuh. Meski minuman kemasan ini awalnya dipasarkan terbatas di Kalbar, tetapi kini minuman kemasan terus coba dipasarkan hingga ke banyak daerah lain.
Langkah Pemerintah Kabupaten Sambas dan Provinsi Kalbar untuk menggerakkan ekonomi di Sambas berbasis perkebunan jeruk rakyat patut diapresiasi. Tanpa perlu bergantung dengan deposit tambang, perekonomian suatu daerah dapat bergulir.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR