Perempuan Jeju lebih gigih dalam memperjuangkan keluarganya dibandingkan dengan perempuan Asia lainnya. Perempuan Jeju menginspirasi nilai kemanusiaan secara universal. Kota ini memiliki perempuan pekerja keras yang menjadi panutan sejak dahulu.
Sampai saat ini, ratusan ibu yang rata-rata berusia 40 tahun sampai 70 tahun masih aktif menyelam tanpa menggunakan alat bantu pernapasan di sepanjang pesisir pantai utara Jeju. Perempuan perkasa ini menyelam untuk mendapatkan keong laut berbentuk kerucut yang disebut abaloni.
Dahulu kegiatan menyelam dilakukan secara massal, mencapai ribuan orang. Kaum perempuan itu harus tetap menghidupi keluarga yang ditinggal mati suami, yang berprofesi sebagai nelayan, akibat angin badai. Pada masa pendudukan Jepang, laki-laki di Jeju juga semakin sedikit karena dipaksa bekerja di bawah penindasan.
Perempuan Jeju tanpa kenal lelah mengumpulkan abaloni untuk menyambung hidup keluarga. Tidak ada kata menyerah pada perempuan Jeju yang berprofesi sebagai haenyeo (penyelam).
Mungkin ada yang beranggapan menyelam di laut dangkal merupakan pekerjaan biasa yang dapat dilakukan siapa saja. Namun, tahukah Anda, air laut Jeju terbilang dingin. Pada musim panas saja, suhunya mencapai 15 derajat celsius dan pada musim semi hanya berkisar 8-10 derajat celsius.
Badai besar
Menurut Choi Won, pemandu wisata yang akrab disapa Wonny, pulau di barat daya Seoul ini dikenal dengan istilah Samdado. Artinya, pulau ini berlimpah dengan batu, angin, dan perempuan. Batu berserakan di mana saja. Bahkan, saat menanam, seorang petani harus menyingkirkan batu terlebih dahulu dari ladangnya.
Jeju memiliki potensi badai besar. Dahulu, setiap tahun, ribuan nelayan kehilangan nyawa karena badai sehingga banyak perempuan Jeju menjanda.
Kehidupan nelayan tidak terpisahkan dari perempuan Jeju. Pasar ikan di kota Jeju lebih dikuasai perempuan. Lebih dari 75 persen pedagang ikan adalah kaum ibu. Mereka tidak canggung mengerjakan tugas layaknya laki-laki walau beberapa di antara mereka memiliki struktur tubuh yang tidak lurus lagi.
Kerasnya kehidupan di Jeju memang terbentuk sejak ratusan tahun lalu. Jeju adalah pulau buangan bagi kriminal atau orang yang berseberangan dengan penguasa kerajaan. Persis seperti kisah orang-orang Australia, yang dibuang dari daratan Inggris pada zaman dahulu.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR