Sebuah penelitian terbaru dari lembaga amal RSPB mengatakan bahwa sebagian besar anak di Inggris melewatkan pengalaman dengan alam.
Riset yang dilakukan selama tiga tahun ini menemukan bahwa hanya 21% dari anak berusia delapan hingga 12 tahun memiliki "hubungan dengan alam".
Anak perempuan lebih mudah terkoneksi dengan alam daripada anak laki-laki. Sedangkan anak-anak di daerah Wales punya skor yang paling rendah diantara daerah lain di Inggris.
RSPB mengatakan persepsi orang dewasa yang menilai bahwa alam merupakan tempat yang berbahaya atau kotor dapat menghambat interaksi anak dengan alam.
Ada peningkatan riset yang dilakukan baru-baru ini yang menekankan kurangnya kontak dan pengalaman anak-anak modern terhadap dunia luar.
Beberapa pihak mengatakan hal ini memberikan dampak negatif terhadap kesehatan, pendidikan, dan perilaku mereka.
Pada 2012, National Trust mempublikasikan laporan tentang fenomena "gangguan defisit alam" (atau nature deficit disorder), walau hal tersebut tidak diakui sebagai kondisi medis.
Pengaruh gender
RSPB mengatakan studi ini merupakan pertama yang mengukur dengan skala kuantitatif tentang kurangnya interaksi anak dengan alam.
Mereka mendefinisikan arti "terhubung dengan alam" dan kemudian menyebarkan kuesioner yang memuat 16 pernyataan untuk menilai tingkat konektivitas tersebut.
Sekitar 1.200 anak dari seluruh Inggris diminta pendapatnya apakah mereka setuju atau tidak setuju dengan sejumlah pernyataan.
Hanya 21% anak-anak di Inggris yang merasa memiliki hubungan dengan alam dan satwa liar. Padahal RSPB percaya hubungan dengan alam ini sebetulnya realistis dan dapat dirasakan oleh semua anak-anak.
Satu hal yang menarik adalah perbedaan jenis kelamin. Sementara 27% anak perempuan memiliki konektivitas dengan alam, hanya 16% anak laki-laki yang merasakan hal yang sama.
"Kita harus memahami perbedaan ini," kata Sue Armstrong-Brown, kepala lembaga amal itu kepada BBC.
"Apakah laki-laki dan perempuan memiliki skor yang jauh berbeda dalam tiap pertanyaan? Kita menganalisis data untuk mengetahui lebih lanjut tentang ini. Misalnya apakah anak perempuan lebih berempati dari pada laki-laki."
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR