Badan Tenaga Atom Internasional memastikan bahwa perairan Indonesia dan negara-negara sekitarnya aman dari dampak paparan kebocoran reaktor PLTN Fukushima, Jepang. Ikan tangkap dan budidaya asal Indonesia pun aman dikonsumsi.
Ron Szymczak, Nuclear and Oceanographic Consultant TRADEWINDS Australia dan juga UN-IAEA Project Coordinator and Technical Cooperation Expert, Senin (22/10) di Serpong, mengatakan, ia bersama pakar radioaktif dari 26 negara —termasuk pakar Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)— sejak 2011 telah melakukan pengukuran kemungkinan paparan di wilayah laut masing-masing.
"Dalam kajian tersebut ditemukan Ciseum, unsur radioaktif utama dalam pengukuran di laut. Tetapi dalam nilai yang sangat kecil," katanya. Menurut Szymczak, kebocoran reaktor nuklir Fukushima akibat gempat 11 Maret 2011 menjadi peristiwa paparan radioaktif terbesar di perairan laut.
Lihat: Hujan Timbulkan Kebocoran Baru di Fukushima
Ia juga mengukur kandungan radioaktif pada berbagai jenis biota, termasuk ikan pelagis seperti tuna. Hasilnya, perairan yang jauh dari Jepang aman untuk dikonsumsi manusia. Meski demikian, ia menyarankan ada penelitian analisis ekologi yang lebih spesifik di masing-masing ekosistem oleh tiap negara.
"Karena perairan tropos sangat unik dan spesifik. Perpindahan dalam jaring makanan mungkin saja meningkatkan levelnya pada beberapa spesies, pada masa mendatang," tuturnya.
Kajian di Jepang menunjukkan, terukur paparan radioaktif tinggi di perairan sejauh 30 kilometer dari tepi pantai sehingga ikannya berbahaya bagi konsumsi. Perikanan di perairan setempat tidak lagi dimanfaatkan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR