Para pemuda Indonesia yang terdiri dari Regi Kayong Munggaran, Nunu Nugraha, dan Sofyan Arief Fesa, saat ini sedang mencoba menggapai Ama Dablam (6.812 mdpl), yang juga pernah didaki oleh Alvin Egie dari Himpala Universitas Nasional, Jakarta. Pendakian tidaklah instan. Jika salah mengatur strategi, tubuhlah yang akan menanggung akibatnya.
Setelah terbang dari Kathmandu, ibukota Nepal, ke sebuah daerah di ketinggian 2.800 mdpl bernama Lukla, area terakhir yang memiliki landasan pacu pesawat terbang, pendakian yang sebenarnya pun dimulai. Menggunakan yak sebagai pengangkut beban, menurut Frans dari Cesta Adventure yang pernah mendaki Gunung Everest melalui rute yang sama hingga desa bernama Pangboche, proses aklimatisasi dilakukan pertama kali di Namche Bazaar (3.440 mdpl), sebuah desa padat penduduk dan ramai pada musim pendakian.
Setelah menghabiskan waktu minimal satu hari di Namche Bazaar, pemberhentian selanjutnya wajib dilakukan di Tyangboche (3.867 mdpl). Di desa yang lebih kecil ini, pendaki harus menghabiskan waktu satu malam sebelum bergerak lagi ke desa terakhir yaitu Pangboche (3.860 mdpl). Dari sini, barulah Base Camp Ama Dablam yang memiliki ketinggian 4.600 mdpl bisa dicapai melalui tahap berikutnya.
Melalui pesan singkat, Sofyan, salah satu peserta tim pendaki Bandung Juara Amadablam Expedition 2013 menjelaskan bahwa sehari setelah tiba di kemah induk, tim melakukan pembiasaan dengan crampon atau sepatu salju, sekaligus menggunakan pelatihan dengan kapak es serta praktik penyelamatan diri sendiri. Latihan naik dan turun dengan menggunakan tali (ascending-descending) di bebatuan yang cukup tinggi di sekitaran kemah, juga dilakukan selama beberapa hari.
Tahap selanjutnya, para pendaki akan bolak balik menuju High Camp (4.900 mdpl), Camp 1 (5.639 mdpl), dan Camp 2 (5.944 mdpl). Mereka akan mampir di tempat-tempat ini secara bertahap, lalu menginap semalam di masing-masing kemah sebelum kembali lagi menuju kemah induk. Rencananya, summit attack akan dilakukan dari Camp 2, menunggu kondisi keadaan salju yang meninggi akibat Siklon Phailin sebelumnya. Aklimatisasi wajib dilakukan oleh para pendaki, agar tubuh terbiasa dengan oksigen yang semakin menipis akibat meningkatnya ketinggian. Sofyan melaporkan, ketinggian salju di kemah mencapai hampir selutut dengan suhu minus delapan derajat Celsius.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR