Secara fisik, Kepler-78b bisa jadi rumah baru bagi umat manusia saat planet Bumi tidak lagi bisa ditempati di masa depan. Diameternya hanya 1,2 kali lebih besar daripada Bumi, 1,7 kali lebih masif, dan memiliki kepadatan yang hampir identik. Para ilmuwan meyakini bahwa Kepler-78b sebagian besar tersusun atas batu dan besi, seperti juga Bumi.
Persoalannya, permukaan planet ini 2.000 derajat lebih panas daripada Bumi karena begitu dekat dengan bintang induknya. Planet ini membuat para ilmuwan kebingungan, bagaimana ia bisa begitu dengan bintangnya. Dengan posisi yang yang ganjil tersebut, menurut para ilmuwan, "planet ini seharusnya tidak eksis."
Satu tahun di Kepler-78b hanya 8,5 jam--waktu yang dibutuhkannya untuk mengorbit satu kali mengelilingi bintangnya. "Persamaannya dengan Bumi hanya pada ukuran dan massanya, tetapi [planet ini] sama sekali berbeda dengan Bumi dalam hal suhunya yang 2.000 derajat lebih panas," kata Josh Winn, dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS, yang menjadi bagian dalam penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Nature.
"Kepler-78b adalah sebuah dunia lava yang membara, sederhananya, ia mestinya tidak ada. Kedekatannya dengan bintang, bagaimana bisa berada di sana, masih menjadi misteri. Hal yang kami tahu, ia tidak akan eksis selamanya. Gelombang gravitasi pelan-pelan akan menariknya semakin ke depat ke bintangnya dan akhirnya akan menghancurkannya," demikian penjelasan Chris Watson dari Queen's University di Belfast. Bersama tim dari MIT, ia dan timnya juga mempelajari planet ini.
Untuk menganalisis goyangan bintang akibat tarikan gravitasi dari Kepler-78b, tim astronom dari Amerika dan Eropa memperoleh data dari observatorium di Hawaii dan Kepulauan Canary.
Sebelumnya, sudah beberapa kali ilmuwan menemukan exoplanet dengan ukuran atau massa mirip Bumi, tetapi Kepler-78b adalah yang pertama diketahui ukuran sekaligus massanya.
Subhanjoy Mohanty, seorang pakar astrofisika dari Imperial College London mengatakan bahwa temuan ini merupakan langkah penting dalam upaya pencarian planet yang seperti Bumi. Sebab, temuan sebelumnya yang memiliki komposisi sejenis ukurannya jauh lebih besar.
Temuan ini menjadi salah satu topik yang akan dibicarakan pekan depan dalam konferensi ilmiah Kepler yang kedua, pada 4-8 November di Ames Research Center, NASA. Lebih dari 400 pakar astrofisika dari Australia, Cina, Eropa, Amerika Latin, dan AS akan mempresentasikan analisis mereka.
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR