Perhelatan wisata olahraga (sport tourism) mulai menjadi andalan untuk menggenjot sektor pariwisata. Salah satunya seperti yang dilakukan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah menggelar International Surfing Competition di Pantai Pulau Merah Mei 2013, daerah berjuluk 'The Sunrise of Java' ini akan menggelar International Banyuwangi Tour de Ijen (BTDI) pada 2-5 November 2013 yang diikuti ratusan pembalap dari 15 tim luar negeri dan 6 tim dalam negeri.
”Tour de Ijen adalah upaya kami menggelorakan wisata minat khusus (special interest tourism), khususnya sport tourism dengan mengeksplorasi keindahan panorama alam di Banyuwangi. Kami ingi memompa industri pariwisata melalui olahraga,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Kamis (31/10).
Anas mengatakan, BTDI menjadikan olahraga sebagai pintu untuk mengembangkan sektor pariwisata. Dalam BTDI, para pembalap akan berlomba menaklukkan rute 606 kilometer yang melintasi kawasan agraris nan subur, Pantai Pulau Merah dengan panorama dan ombak menawan, perkebunan dengan aroma kopi nan harum, hingga kawasan Kawah Ijen yang terkenal dengan api birunya (blue fire).
Melalui rute-rute tersebut, Banyuwangi ingin menunjukkan kepada dunia bahwa daerah ini mempunyai potensi destinasi wisata dan sumberdaya alam yang luar biasa. ”Diharapkan muncul efek pemasaran yang baik untuk mengajak wisatawan berkunjung ke Banyuwangi," katanya.
Saat kali pertama digelar tahun lalu, BTDI sukses menjadi pusat perhatian karena mempunyai rute yang dikenal sebagai salah satu yang terbaik dan terekstrem di Asia untuk tanjakan balap sepeda. ”Setelah kami menyelenggarakan Tour de Ijen kali pertama tahun lalu, kunjungan wisatawan ke Kawah Ijen meningkat pesat karena para wisatawan akhirnya tahu dari BTDI bahwa infrastruktur ke Kawah Ijen sudah sangat bagus,” kata Anas.
Anas memaparkan, potensi wisata olahraga di Indonesia perlu terus dioptimalkan mengingat negeri ini punya potensi luar biasa untuk memadukan konsep wisata dan olahraga yang bisa mendonorkan banyak dampak positif untuk kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat.
”Pariwisata sampai saat ini masih menjadi salah satu industri yang bisa mendatangkan keuntungan finansial secara cepat dan efisien. Berbagai varian pariwisata perlu terus dikembangkan, salah satunya sport tourism,” tuturnya.
Menurut Anas, secara luas, wisata olahraga bisa diartikan sebagai jenis perjalanan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, baik untuk sekadar rekreasi dengan menonton kegiatan olahraga atau mengunjungi situs olahraga seperti stadion maupun untuk ikut berlaga dalam perlombaan atau kompetisi.
Wisata olahraga, lanjut Anas, memang mempunyai ceruk pasar tersendiri yang cukup potensial mengingat daya tarik ajang olahraga cukup efektif untuk menyita perhatian publik. Di sejumlah negara, sport tourism mampu menjadi sarana efektif untuk mengatrol sektor pariwisata.
The British Tourist Authority dan English Tourism Board pada 2000 menyebutkan, 20 persen dari jumlah total wisatawan yang datang ke Inggris adalah wisatawan olahraga. Sama juga dengan Kanada yang pada 1998 mencatat, 37 persen perjalanan domestik di negara tersebut adalah wisatawan olahraga.
”Di sejumlah negara maju juga sudah ada universitas dengan pusat studi yang fokus pada pengembangan sport tourism. Australia bahkan sampai merasa perlu untuk merancang National Sports Tourism Strategy pada 1999,” tutur Anas.
Indonesia kini mulai rutin menggelar berbagai ajang sport tourism seperti pelaksanaan Jakarta Marathon, kompetisi selancar, dan berbagai ajang golf internasional. ”Negeri ini punya potensi yang sangat besar untuk bisa mengembangkan sport tourism secara optimal,” tambah Anas.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR