Ternyata seperempat dari masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang gemar berbelanja. Mereka bisa dibilang sebagai kelompok "besar pasak daripada tiang" atau lebih banyak pengeluaran ketimbang pendapatannya.
Berdasarkan hasil riset Share of Wallet, 28 persen masyarakat Indonesia berada dalam kategori "Broke", atau kelompok yang pengeluarannya lebih besar ketimbang pendapatannya, sehingga mengalami defisit sekitar 35 persen.
Rata-rata pendapatan mereka Rp4,3 juta per bulan, sementara pengeluaran mereka mencapai Rp5,8 juta. Ini menimbulkan defisit mencapai Rp1,5 juta.
"Tipe Broke memiliki kecenderungan ingin menaikkan status menjadi upper class. Ini membuat mereka meminjam uang dan utang agar bisa membeli barang yang dapat menaikkan status sosial mereka," kata Deputy Managing Director Kadence International-Indonesia Rajiv Lamba di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (20/11).
Rajiv memandang tuntutan gaya hidup mereka membuat kalangan kategori Broke ini mengeluarkan uang lebih banyak. Ia memberi contoh, bila ada ponsel keluaran terbaru atau tren busana terkini, kalangan kategori Broke ini akan mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang tersebut.
"Kalau tuntutan gaya hidup mereka tetap seperti saat ini, membeli ponsel terbaru, tren pakaian terbaru, maka diprediksi segmen Broke akan bertambah lebih besar," ujar Rajiv.
Survei Share of Wallet ini dilakukan oleh perusahaan riset Kadence International. Survei dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2013 dan dilakukan terhadap 3.000 responden. Adapun lokasi survei adalah di daerah urban, seperti Jabodetabek, Surabaya, Medan, Balikpapan, Makassar, serta daerah perdesaan di wilayah Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Barat.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR