"Gereja tua yang dibangun abad ke-19 pada era kolonialisme Rusia, kemudian dihancurkan pada era Soviet. Tindakan Soviet berdasar pada adanya anti-Ketuhanan yang dianutnya, sehingga beberapa bangunan suci dihancurkan" tulisnya.
Menara dan rumah-rumah Shatili yang eksotis juga menciptakan ruang bersejarah. Hanya saja kemudian semua bangunan indah tersebut ditinggalkan. Hal tersebut disinyalir karena adanya migrasi paksa ke dataran rendah Georgia pada 1950-an oleh rezim Uni Soviet, dan mengambilnya sebagai benteng pertahanan. Kemudian, pada abad ke-16, para penduduk asli tinggal di rumah-rumah bergaya kontemporer.
Baca Juga: Desa Bawah Air dari Zaman Perunggu Ditemukan di Danau Luzern Swiss
Sejak abad ke-20 hingga hari ini, setiap pesta perayaan Athengenoba, berkumpul para penduduk asli dan keturunan penduduk Shatili yang bermigrasi dari Shatili ke dataran rendah Georgia. Pesta tersebut dan tempat-tempat suci ini memperkuat identitas mereka sebagai bangsa Shatili, dimanapun kini mereka berada.
Begitupun dengan menara dan rumah-rumah yang ditinggalkan, kini telah di nobatkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, dan dibuka untuk para wisatawan sebagai destinasi wisata, meskipun medan yang ditempuh cukup terjal.
Baca Juga: Melihat Arsitektur Menakjubkan di Situs Warisan Dunia Pertama di India
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR