Karena kondisinya yang baik, kerangkat tersebut, lanjut peneliti, dapat memberikan penjelasan baru tentang anatomi klad pterodactyloid itu. "Ini adalah pertama kalinya kami dapat mempelajari lebih dari sekadar tengkorak spesies ini," kata ahli paleontologi.
Para peneliti kemudian menganalisis kerangka tersebut, dan menunjukkan bahwa Tupandactylus navigans memiliki gaya hidup mencari makan di darat, karena lehernya yang panjang dan proporsi anggota tubuhnya. Para peneliti juga memperkirakan bahwa jambul kepalanya yang besar dapat mempengaruhi kemampuan penerbangan jarak jauhnya.
Meski demikian, menurut peneliti, spesimen itu juga diketahui memiliki semua adaptasi yang diperlukan untuk penerbangan yang lebih kuat. Itu berkaitan dengan adanya notarium dan daerah penahan otot yang berkembang di tulang lengan.
Baca Juga: Satu Lagi, Penjelasan Teka-Teki Dinosaurus Kamboja di Kuil Ta Prohm
Spesimen itu juga memiliki jambul yang luar biasa besar di dagunya, bagian dari ornamen tengkoraknya yang juga sangat detail. Peneliti memperkirakan, hewan ini memakan buah dari tanah atau menggunakan lehernya yang panjang untuk mengambil makanan dari semak-semak yang lebih tinggi.
Peneliti mengatakan, spesimen itu telah membawa wawasan baru terhadap anatomi pterosaurus tersebut dan kendalanya untuk terbang berkaitan dengan alasan ekologinya untuk mencari makan secara terestrial.
Spesimen tersebut juga diperkirakan milik Tupandactylus navigans yang memiliki sayap lebih dari 2,5 meter dengan tinggi sekitar 1 meter. Meski menurut peneliti, anggota spesies yang sama tampak berbeda tergantung pada jenis kelaminnya.
Para peneliti juga membandingkan fosil ini dengan temuan sebelumnya dan menduga beberapa perbedaan mungkin terjadi karena dimorfisme seksual. Meski demikian, hipotesis tersebut masih harus melalui penyelidikan lebih lanjut.
Baca Juga: Mumi Dinosaurus Ditemukan, Punya Kulit dan Usus yang Masih Utuh
Source | : | PLOS ONE,Sci News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR