Menurut Suharyo Sumowidagdo, seorang peneliti fisika partikel, persoalan penyadapan pemerintah Indonesia oleh pihak Australia yang baru-baru ini dan memancing banyak reaksi, sebetulnya terjadi karena kerentanan teknologi perlindungan dan itu dapat diatasi dengan kemajuan teknologi.
Haryo yang juga merupakan salah satu peneliti Indonesia yang terlibat dalam penelitian partikel 'Tuhan' di CERN tersebut, mengatakan untuk mempertahankan dari penyadapan intelijen, dibutuhkan iptek.
Dia melihat, para lulusan di bidang sains murni, misalnya matematika, perlu ditingkatkan agar lebih termotivasi. Oleh karena dari bidang-bidang inilah teknologi dasar tercipta, termasuk teknologi pertahanan.
"Kita musti mendorong orang-orang lulusan di bidang matematika dan bidang komputer, menciptakan solusi bagi penyadapan. Yang ada sekarang, ilmu mereka dianggap tidak terpakai. Akibatnya kurang pula yang mau mempelajari," katanya. Di era kecanggihan teknologi, sistem pertahanan di Indonesia perlu sejalan dengan perkembangan teknologi.
Informasi dan data
Namun di beberapa hal, teknologi Indonesia belum maju sepesat yang diharapkan. Seperti di bidang teknologi informasi komunikasi (ICT). "Kalau saya lihat, memang sebagian besar dari kita masih pada tahap pemakai," ungkap dia. Padahal teknologi informasi itu sangatlah diperlukan.
"Dewasa ini, sains itu sangat berkutat dengan data yang besar jumlahnya," ujar Haryo. Ia mencontohkan peneliti biologi, butuh meneliti data DNA.
"Sementara ilmuwan sosial membuat analisis dari sejumlah data dari Twitter dan Facebook, [soal] pengguna internet," paparnya.
Di satu sisi ada ilmuwan-ilmuwan yang menguasai hal informatika, tapi mereka belum sepenuhnya terhubung satu sama lain, tambah Haryo.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR